Eramuslim – Pada umumnya lautan dan samudera ditutupi oleh tumpukan awan tebal yang menghalangi masuknya sebagian besar sinar matahari. Hal ini sebagaimana terungkap oleh foto yang berhasil diambil oleh beberapa satelit.
Tumpukan awan tebal itu kemudian memantulkan sinar matahari dan mencegah sebagian besar cahaya matahari masuk ke lautan. Adapun cahaya yang berhasil masuk ke laut, sebagian akan dipantulkan oleh air laut dan sebagian lain akan diserap olehnya.
Cahaya yang masuk ke laut itu akan berkurang sedikit demi sedikit seiring dengan bertambahnya kedalaman air. Inilah yang dijelaskan oleh Encyclopaedia Britannica.
Dalam bukunya yang berjudul Marine Optics, Nils Gunnar Jerlov menyatakan bahwa pada kedalaman 35 meter, tingkat pencahayaan air laut yang terbuka bisa turun hingga mencapai 10 persen dari cahaya yang ada di permukaan. Pada kedalaman 85 meter mencapai 1 persen, pada kedalaman 135 meter mencapai 0,1 persen, dan pada kedalaman 190 meter mencapai 0,01 persen.
Kegelapan di dalam laut semakin pekat pada kedalaman melebihi 1.000 meter sehingga jika seseorang menjulurkan tangannya, ia takkan bisa melihat tangannya itu.
Fenomena ilmiah yang mengagumkan ini telah disebutkan Alquran yang diturunkan kepada orang-orang Arab di gurun yang tidak mengenal berenang dan tidak pula mengenal lautan dan samudera.
Allah berfirman dalam Surat An-Nur, “Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya, dia hampir tidak dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.” (An-Nur: 40).