Eramuslim – ALLAH berfirman, “Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.” (Al-Insan: 17).
Jahe atau zanjabil dalam bahasa Arab atau ginger dalam bahasa Inggris adalah sejenis tanaman rumput-rumputan aromatik yang berumur panjang. Termasuk kelompok rhizome, yaitu tumbuhan yang memiliki akar sekaligus menjadi batang yang tumbuh menyamping di dalam tanah dan akar-batang itu bisa mencapai panjang 1,5 meter bercabang banyak. Daunnya pipih seperti lembing dan runcing di ujungnya, permukaannya halus, warnanya hijau gelap.
Jahe mulai dipanen saat daunnya mulai layu, lalu tanah digali untuk diambil rimpangnya yang tumbuh di dalam tanah. Rimpang itu lalu dicuci, dipotong-potong, direndam, dan direbus dalam air dengan campuran gula.
Setelah itu, jahe dikeringkan untuk diawetkan sebelum digunakan. Jahe berasal dari Asia Tenggara dan produksinya kini terbatas, hanya ada di daerah khatulistiwa, Afrika, dan India.
Orang-orang China dan India menggunakan jahe sejak lama sebagai obat dan bumbu. Galenus-penulis dan tabib Yunani kuno (122-200 M) mengatakan, jika ingin menghangatkan badan, kita harus minum jahe karena ia dapat memberikan rasa hangat bagi tubuh kalau diminum dalam keadaan panas.
Ibnu Masawih menyatakan, jahe berguna bagi gangguan hati akibat cuaca panas ataupun dingin, mampu meningkatkan vitalitas pria, dan mengobati gastritis pada lambung dan usus.