“Dan, kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya.” (QS Al-Hijr: 14).
Teori relativisme membuktikan bahwa cahaya, sebagaimana materi, juga melengkung ketika melewati bidang yang terpengaruh oleh gaya gravitasi. Atas prinsip ini, semua pergerakan di alam semesta sama sekali tidak mengenal garis lurus.
Semua pergerakan itu harus melengkung karena tersebarnya materi dan energi di seluruh penjuru semesta serta pengaruh gravitasi setiap materi dan medan magnetik energi terhadap gerakan benda-benda di angkasa.
Jadi, setiap benda yang tersusun dari materi tidak mungkin bisa bergerak di alam semesta selain dalam lintasan garis melengkung. Bahkan, cahaya pun demikian ketika melewati medan magnet. Medan magnet akan melengkungkan garis lintas cahaya.
Semua itu sesuai dengan penjelasan Alquran yang membicarakan perjalanan ke luar angkasa dengan istilah uruj, yang berarti naik dan melenceng dari garis lurus.
Ketika roket diluncurkan dari bumi ke angkasa, jalan yang dilaluinya digambarkan dalam bentuk melengkung, tidak lurus. Seandainya manusia tidak mengetahui teori tentang naiknya benda-benda ke angkasa ini, tentu ia tidak akan mampu meluncurkan pesawat antariksa dan satelit-satelit.
Jadi, setiap benda yang bergerak di angkasa, berapa pun massanya, diatur oleh kekuatan gravitasi dan kontra gravitasi sehingga la harus bergerak dalam lintasan melengkung. Inilah tafsiran atas deskripsi Allah bahwa Dia adalah Dzi Al-Ma’arij (Tuhan langit yang memiliki jalan yang berliku-liku). (Okz)
Sumber Buku Pintar Sains Dalam Alquran.