Eramuslim – ALLAH berfirman, “Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.” (Al-Baqarah: 61).
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang memakannya (bawang merah dan bawang putih), maka hendaknya ia menyempurnakan (proses) memasaknya.” (HR. Abu Dawud). Aisyah berkata, “Makanan terakhir yang disantap Rasulullah mengandung bawang merah di dalamnya.” (HR. Abu Dawud).
Dr Nadiah Thayyarah dalam buku yang berujudul Buki Pintar Sains dalam Alquran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah halaman, menyebutkan di beberapa belahan dunia dan fase sejarah, bawang merah dikenal memiliki keistimewaan sebagai obat.
Para Firaun Mesir kuno sangat memperhatikan pentingnya bawang merah. Mereka mengandalkannya sebagai bahan masakan, menjadikan sebutan dalam sumpah mereka, bahkan nyaris saja mengultuskannya.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya rekaman kisah yang ditulis di atas daun lontar dan dinding kuil ritual mereka. Para Firaun juga meletakkan bawang bersama jasad mumi raja sebagai tanda untuk bernapas saat sang raja dibangkitkan kembali.
Para tabib Mesir kuno juga kerap meresepkan bawang merah sebagai obat untuk memperlancar air seni, memperbaiki gizi dan nafsu makan. Bahkan, dalam bahasa Mesir kuno, kata “tempat ibadah” dikaitkan dengan “bawang” dan berderivasi menjadi kata “bahsal” (bawang merah) dalam bahasa arab.