Berdasarkan data UN-COMTRADE yang dilaporkan oleh Singapura, jual-beli pasir ini membawa sekitar 752 juta dolar AS dari Singapura ke Kamboja antara tahun 2007 dan 2016.
Namun, pemerintah Kamboja mengklaim bahwa total nilai ekspor untuk periode yang sama hanya sebesar 5 juta dolar AS.
“Volume pasir yang telah meninggalkan Kamboja selama 10 tahun terakhir benar-benar ilegal. Jauh melampaui batas yang diizinkan pemerintah. Sejumlah kecil pasir dapat diekspor secara legal, tetapi angka impor Singapura mengungkapkan bahwa sumber daya Kamboja ini jelas, dan cepat menghilang. Tampaknya seseorang dengan koneksi tingkat tinggi di pemerintah Kamboja menghasilkan banyak uang,” kata Schoenberger.
Perekonomian Singapura bergantung pada pemeliharaan pasokan pasir yang besar dan berkelanjutan, baik diamankan secara legal, atau secara ilegal melalui penyelundupan atau berurusan dengan pejabat korup negara asal.
Perluasan garis pantai Singapura membawa keuntungan ekonomi bagi negara tersebut, namun tidak untuk negara asal pasir-pasir tersebut. Ada kekhawatiran kelaparan dan kemiskinan yang menimpa rakyat di mana pasir-pasir itu berasal.(jk/rmol)