Sebagai seorang wanita, Raziya tidak diberi dukungan penuh dari para bangsawan yang masih partriarki. Banyak bangsawan menentangnya. Meski pada akhirnya, dia dapat membuat kondisi kerajaannya kembali stabil dan damai sehingga ia bisa memperluas kekuasaan kerajaannya tersebut.
Sultan Raziya juga membangun jalan untuk memudahkan akses masyarakat. Ia menghubungkan kota-kota dengan desa-desa dan membangun benteng-benteng kecil sebagai pos penjagaan di sekitar rute-rute ini.
Sultan Raziya jelas seorang pemimpin yang setia bagi kesultanan dan rakyatnya. Dia selalu mendengarkan keluhan dan tuntutan rakyatnya. Ia berjuang keras menjadi penuntun rakyatnya.
Karena keinginannya untuk menjaga hubungan dekatnya dengan rakyatnya, Sultan Raziya mengganti pakaian wanitanya dengan pakaian laki-laki dan tunik.
Pada awalnya kala Sultan Raziya berkuasa, para bangsawan mengharapkan penguasa perempuan itu menjadi boneka mereka. Namun Raziya merupakan perempuan cerdas, ia menolak keras dan secara terbuka mengaku dirinya sebagai pemimpin yang independen yang menyebabkan banyak ketidakpuasan di kalangan bangsawannya.
Akhirnya terjadilah pemberontakan yang dilakukan para bangsawan. Mereka mendukung saudara tiri Raziya, Muizuddin Bahram Shah menjadi Sultan Delhi. Namun ia adalah seorang pemabuk sehingga ia bisa menjadi sultan boneka para bangsawan.
Selama penangkapan Raziya dan naiknya Muizuddin Bahram Shah jadi sultan, rakyat jelata ditindas dan musuh-musuh kesultanan dihabisi. Namun akhirnya Raziya yang masih mendapat dukungan rakyat berusaha merebut tahtanya kembali.