Geolog ini mengatakan bahwa jika penyebab kemunculan kapal harta karun itu memang karena gempa dan tsunami, “Bisa saja muncul kapal harta karun lain”. Herryal menduga, setelah terjadi gempa dan tsunami beberapa waktu lalu, terjadi pengangkatan sebagian besar dasar laut.
“Sebagian dasar laut terangkat”. Untuk itu, butuh penelitian dan penyelidikan lebih lanjut guna memastikan kebenaran kemunculan kapal lain karena kegempaan yang berlangsung beberapa waktu lalu tersebut.
Seperti peninggalan-peninggalan kapal tenggelam lain, biasanya kapal-kapal ini membawa barang asli dari negaranya.
Sementara itu, Sejarawan Radar Panca Dahana mengakui bahwa perairan Indonesia memiliki banyak harta karun. Sejak 1963-1968, harta karun itu menarik banyak pengejar harta karun. Namun arkeologi maritim Indonesia, baru dimulai sekitar 2004-2005.
“Jadi, Indonesia ketinggalan hampir 40 tahun dari pengejar harta karun,” paparnya. Dalam hal penelitian keilmuwan, Indonesia kalah dari pengejar harta karun.
Menurutnya, masih banyak kapal yang belum terungkap. Ia menyebutkan, dulunya pantai barat Sumatra menjadi lalu lintas perdagangan ramai terutama ketika banyak perompak menggangu.
Selain itu, pelaut atau pedagang di belahan barat di masa itu pasti akan menjumpai pantai pertama, pantai barat Sumatra.
Menurut pria yang akrab dipanggil Radar ini, daerah seperti Bengkulu, Minang, Sumbar, dan Aceh meninggalkan jejak panjang dalam sejarah Indonesia.
Namun jejak itu tak terlalu kuat dan tak bertahan lama. “Yang bertahan lama justru yang berada di Jawa”. Padahal, Jawa merupakan merupakan persinggahan berikutnya setelah Sumatra.
Banyak Kapal Karam di Indonesia Yang Belum di Explorasi. Pada Tahun 1998 Harta Kapal Karam di Bangka Belitung Dibawa ke Singapura.
Begitu banyak spot atau titik kapal karam yang membawa harta karun di wilayah perairan Indonesia. Beberapa waktu sebelumnya pada tahun 1998, kapal karam juga berhasil ditemukan di perairan Sumatra timur bagian selatan.
Tepatnya di daerah perairan pulau Bangka dan Belitung. Rencananya kapal dari daerah Arab tersebut menuju ke Cina untuk membeli banyak keramik & tembikar.
Lalu dalam perjalanannya pulang kembali dari Cina menuju ke daerah Arab, sang Kapten mencoba singgah di perairan Pulau Bangka & Belitung.
Namun justru membuat kapalnya menjadi karam karena adanya gelombang besar akibat cuaca buruk.