Kapal itu ditemukan nelayan yang tengah menyelam mencari ikan hias, Nelayan mengatakan mereka menemukan kapal kayu itu setelah melihat tiang kapal 6 kilometer dari pantai Pulau Pagai Selatan, Mentawai, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, tempat di mana tsunami menghantam paling parah.
Mereka menyelam ke dalam air dan kembali dengan membawa kendi dan beberapa pot yang ditemukan di lambung kapal. Sementara itu, Menurut Guru Besar Geologi ITB Rubi Rubyandini, kemungkinan tenggelam atau terangkatnya suatu benda tergantung pada perbedaan densitasnya.
Jika kayu memiliki pori-pori, maka kayu itu akan mengambang. Namun, jika pori-pori kecil maka kayu bisa tenggelam. Begitu pula dengan besi, ketika besi diberi lubang, maka besi itu akan mengambang. Ia mencontohkan, kapal laut atau kapal selam bisa mengambang karena di tengah kapal itu terdapat lubang, maka kapal bisa mengambang.
“Ketika terjadi tsunami, terdapat arus yang begitu kuat, kemudian arus melepaskan cengkeraman antara kapal yang menempel dengan tanah. Kapal terdorong oleh air, kemudian naik ke atas,” katanya
Menurut mereka, dalam lambung kapal masih terdapat banyak harta karun. Gambar artefak itu telah dikirim ke Jakarta, dan tim akan segera dikirim ke daerah itu untuk melakukan pencarian lebih luas, kata Yosmeri.
Masih Ada Kapal Harta Karun Lain di Mentawai
Menurut Geolog LIPI Herryal Z Anwar, meski tak bisa dipastikan, namun ia meyakini akan adanya kapal harta karun lain yang ada di perairan Indonesia.