Ini sama sekali tidak terkait dengan apa yang dinamakan Triskadekaiphobia atau “Ketakutan yang tak beralasan terhadap angka 13”. Dalam kepercayaan Talmudian, yang bersumber pada ajaran Kabbalah yang merupakan campuran antara ilmu perbintangan, ilmu sihir zaman Firaun dan Raja Nimrodz, dan paganisme lainnya, angka 13 menempati kedudukan yang terhormat, dianggap sebagai angka mulia dan suci. Kaum Yahudi sebagai kaum Talmudian mempercayai ini sejak lama dan terus dipelihara dari generasi ke generasi sampai sekarang.
Kaum Kabbalis selalu menyisipkan angka suci mereka ini ke dalam berbagai karyanya. Antara lain bisa dilihat pada jumlah kartu remi (As, angka 2 sampai 10, Jack, Queen, dan King), jumlah kartu tarot, Yesus dengan ke-12 muridnya, Puteri Salju dengan 12 Kurcaci, Matahari yang dikelilingi 12 Zodiak atau rasi bintang, jumlah susunan batu di dalam piramida Illuminati seperti yang tertera di dalam lembaran uang kertas One Dollar, berbagai bagian dari burung elang simbol negara Amerika, simbol berbagai perusahaan yang berafiliasi dengan mereka (salah satunya simbol perusahaan makan cepat saji paling tersohor dunia), dan lain sebagainya.
Dalam arsitektur bangunan yang mereka buat, kaum Kabbalis ini menyisipkan angka 13 ke dalam bagian demi bagiannya, bisa berupa ukiran, pahatan, jumlah anak tangga, luas tanah, tinggi pintu utama atau tinggi pilar bangunan, jumlah batu pada dinding atau pintu utama, dan lain sebagainya.
Kenyataan ini bisa dengan sangat mudah kita jumpai di dalam arsitektur Stadhuis atau yang sekarang lebih populer dengan sebutan Gedung Museum Fatahillah yang terletak di Kawasan Jakarta Kota. Gedung pusat pemerintahan Batavia yang dibangun para Mason ini mengandung banyak angka 13 yang diselipkan ke dalam susunan “batu Istana Dam” yang ditanam di pelataran depan bagian kanan tangga utama dan diberi bingkai alumunium (ada 13 susunan dari atas ke bawah), lalu ada 13 batu yang disusun melengkung di atas gerbang utama gedung ini di mana sebuah batu kunci (Key Stone) menjadi pusatnya, kemudian di tengah Key Stone tersebut ada sebuah pahatan bunga mawar (Rosicrusian, sebuah persaudaraan Kabbalis juga) di mana kelopak dan bagian tengah bunga juga berjumlah 13, lalu jumlah batangan kayu yang menyangga bagian atas pintu gerbang utama juga ada 13 buah, dan yang menarik adalah luas keseluruhan areal Stadhuis yang ternyata juga 13.000 meter persegi. Terlalu naif bila hal ini dianggap sebagai sebuah kebetulan belaka.
Gedung Legislatif Manitoba Kanada
Janganlah kita membahas Washington DC beserta berbagai monumen dan gedungnya yang sudah dikenal seantero dunia sebagai kota dan gedung-gedung Masonik. Ada yang menarik selain Washington DC, yakni Gedung Legislatif di Manitoba, Kanada.
Manitoba adalah nama salah satu provinsi Kanada. Lokasinya membentang di tengah-tengah negara tersebut. Manitoba adalah provinsi ke-6 terbesar dengan luas wilayah 647.797 km², yang menurut sensus kependudukan tahun 2001 dihuni oleh 1.150.000 jiwa. Ini adalah kota terpadat ke-5 di Kanada. Pusat pemerintahannya terletak di Winnipeg. Pemimpin pemerintahannya dikenal dengan panggilan Premier. Ada juga Gubernur Letnan yang mewakili Ratu. Manitoba menjadi bagian Kanada pada 12 Mei 1870.
Kota yang nyaris seluas metropolitan Jakarta ini memiliki sebuah gedung megah tempat para wakil penduduk kota berkumpul dan merancang undang-undang. Sebut saja gedung itu sebagai Gedung Legislatif Manitoba (GLM). GLM merupakan sebuah gedung besar, megah, dan jika malam bermandikan cahaya lampu yang keseluruhan arsitekturnya berpedoman pada prinsip-prinsip arsitektur Masonik.
Awalnya banyak yang tidak menyadari hal ini, namun sejak tahun 2006, berita ini menjadi topik hangat di berbagai media massa lokal di sana, antara lain Winnipeg Free Press. Mereka menulis jika hal tersebut, kesempurnaan arsitektural Masonik yang disusupkan ke dalam GLM, merupakan sebuah temuan besar dan mengejutkan.
Apa aspek yang paling menarik dari GLM? Profesor Frank Albo dari Universitas of Winnipeg menemukan jika seluruh bangunan GLM secara proporsional sama sebangun dengan Solomon Temple (Haikal Solomon) yang asli yang pernah berdiri di Yerusalem. Haikal Solomon dibangun pada sekitar abad ke-10 SM, dan akhirnya diruntuhkan Nebukadnezar dari Babylonia pada tahun 586 SM. Lalu Kuil Kedua dibangun empat ratus tahun kemudian di lokasi yang sama persis seperti yang pertama. Kuil yang kedua ini pun dihancurkan oleh Titus, Kaisar Romawi yang menyerbu Yerusalem.
Profesor Frank Albo memaparkan, begitu Anda masuk GLM dari depan, Anda akan memasuki sebuah ruang besar yang merupakan persegi yang sempurna, yang masing-masing luasnya 66,6 meter. Ini adalah simbolisasi angka okultis 666 yang disebut oleh Cornelius Agrippa sebagai “De occulta philosophia” atau Filosofi Okultis. Dalam kitab suci Kristen (Injil Wahyu 13), angka 666 diidentikkan dengan tanda Dajjal (The Beast) yang turun di akhir zaman.
Selain itu ada simbolisasi angka 13 juga di sini. Begitu kita memasuki GLM, kita juga akan disambut dua patung banteng besar berwarna hitam yang mengapit sebuah tangga lebar dan panjang, yang dibagi menjadi tiga buah bagian. Hitunglah undakan tangga itu, maka akan kita dapati ada 13 undakan di tiap-tiap bagiannya. Di ujung tangga kita akan sampai pada pilar kembar Masonik, sebagaimana simbolisasi Menara Kembar WTC.
Patung banteng itu sendiri dikatakan sebagai simbolisasi penangkal pengaruh jahat dari luar. Namun sebagian kalangan yakin jika banteng tersebut erat kaitannya dengan patung yang dibuat Samiri ketika kaum Yahudi ditinggalkan Musa di Bukit Thursina. Inilah sesembahan kaum Talmudian.
Lalu di puncak kubah GLM, terdapat patung Hermes. Sosok patung yang sama seperti yang sekarang ada di tengah halaman belakang Museum Fatahilah Jakarta. Hermes menempati posisi yang sangat dihormati kaum Kabbalis karena dia dipercaya sebagai penulis inisiasi ritual Masonik pertama di dunia. [bersambung/rizki]