Sebuah penelitian mikroskopik menemukan pedang ini memiliki semacam lapisan kaca di permukaannya. Dengan demikian, bisa dikatakan pada saat itu para ilmuwan Muslim di Timur Tengah telah mencapai dan menguasai teknologi nano, yaitu teknologi untuk mengontrol zat, material, dan sistem pada skala nanometer sehingga menghasilkan fungsi baru yang belum pernah ada. Ukuran satu nanometer adalah satu per satu miliar meter yang berarti 50 ribu kali lebih kecil dari ukuran rambut manusia.
Studi terbaru terhadap pedang Damaskus mengungkapkan senjata legendaris tersebut mengandung kawat nano, nanotube karbon, dan lain sebagainya. Struktur rumit yang diperlihatkan oleh pedang Damaskus menjelaskan fitur unik dari senjata tersebut. Beberapa ahli metalurgi modern mengaku berhasil membuat baja yang sangat mirip dengan baja Damaskus, namun belum sepenuhnya berhasil meniru 100 persen.
Pedang Damaskus terkenal dengan pola permukaan dan ketajaman yang kompleks. Karena teknik membuat pedang ini telah hilang selama ratusan tahun, tidak ada yang tahu persis mengapa pedang ini sangat luar biasa.
Peter Paufler seorang crystallographer dari Universitas Teknik di Dresden, Jerman, bersama koleganya telah menemukan kawat nano dan nanotube kecil ketika mereka menggunakan mikroskop elektron saat memeriksa sampel dari sebuah pedang atau pisau damaskus yang dibuat pada abad ke-17. Pisau atau pedang baja Damaskus memiliki fitur yang tidak ditemukan di baja Eropa, yaitu suatu gelombang karakteristik pola pita yang dikenal dengan damask, sifat mekanika yang luar biasa dan sangat tajam. (rol)