Proyek MRT Temukan Rel Trem Batavia di Depan Museum Mandiri Kota

Sebelumnya, saat melakukan penggalian di 14 lokasi di Jalan MH. Thamrin dan kawasan Monas, PT MRT Jakarta sudah menemukan sejumlah artefak seperti tulang sendi dan gigi bovidae (hewan pemamah biak seperti kerbau, antelop, atau bison), pecahan keramik Cina, pecahan aneka keramik Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda, yang diperkirakan semuanya berasal dari abad 18 sampai 20 Masehi. Temuan itu semuanya kini ditempatkan di Visitor Center MRT Jakarta di dalam kawasan Monas.

Dan akhir Agustus lalu, MRT Jakarta kembali menemukan dua pasang rel trem peninggalan Kolonial Belanda, di seberang Halte Trans Jakarta “Jakarta Kota”, tepatnya di depan Gedung Museum Mandiri.

“Kami lakukan investigasi arkeologi di depan Mandiri dan di situ memang ditemukan trem,” kata Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim dalam forum jurnalis daring (31/8).

Bersama Dinas Kebudayaan DKI, Tim investigasi arkeologi MRT Jakarta melakukan penyelidikan temuan rel trem itu dan akan melaporkannya ke pihak terkait.

Dalam penelisikan Tim Arkeolog MRT Jakarta, di salah satu sisi rel temuan tersebut terpahat inisial BVW yang merupakan singkatan dari Bochum Verein Westfalen, yang menunjukkan rel tersebut kemungkinan dibuat di Kota Bochum, Jerman. Dan temuan dua pasang rel trem di depan gedung Museum Mandiri ini diperkirakan merupakan rel trem yang ditarik kuda (1869-1883), namun dalam perkembangan teknologi trem juga dipakai oleh Trem Uap (1883-1899), lalu Trem Listrik (1899-1954).

Sedangkan dua jalur rel trem ini, yang di sisi timur mengarah ke utara, tepatnya menuju Kasteel Batavia, sedangkan yang ke arah selatan, menuju kawasan Harmoni.

Sejarah Trem Batavia
Menurut Wikipedia, sejarah trem di Kota Batavia berawal dari sebuah trem kuda yang dioperasikan oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij. Jalur trem kuda pertama di Batavia tersebut diresmikan pada tanggal 20 April 1869, jauh sebelum trem ada di negeri kincir angin dengan menggunakan lebar sepur (gauge) 1.188 mm, jalur tersebut menghubungkan Jakartakota dengan Weltevreden (kawasan Monas sekarang).

Kala itu trem kuda dapat menampung 40 penumpang dengan ditarik 3-4 kuda, pada April 1869 diperkirakan sebanyak 1500 penumpang telah dilayani dan pada September 1869 meningkat menjadi 7000 penumpang.

Pada tahun 1880 sebagai akibat dari kendala operasional yang dialami BTM dalam pengoperasian trem kuda, maka operasional BTM untuk sementara diambil alih oleh Firma Dummler and Co..