Menurut Snowden dalam keterangannya kepada Luke Harding, yang kemudian dibukukan dengan judul “The Snowden Files,” program super rahasia PRISM ditujukan untuk membantu komunitas intelijen AS mendapatkan akses yang luas untuk informasi digital seperti email, postingan di Facebook, dan pesan singkat lainnya.
Gagasanya adalah, PRISM diperlukan untuk melacak keberadaan teroris asing yang tinggal di AS. Yang lebih menkhawatirkan lagi, program pengumpulan data itu ternyata tidak memerlukan perintah pengadilan untuk masing-masing kasus. Bahkan hakim federal malah memberikan persetujuan yang luas untuk program PRISM melalui Foreign Intelligence Surveillance Act (FISA).
Setidaknya ada 9 perusahaan teknologi masuk daftar yang dilibatkan. Bagaimana modusnya? Menurut Snowden berdasarkan slide yang dia presentasikan, data itu diambil langsung dar server sembilan perusahaan penyedia layanan internet di AS seperti Google, Yahoo dan lain-lain. Dengan kata lain beberapa perusahaan seperti Google, Facebook, Apple dan Microsoft, pada prakteknya telah menggelar karpet merah untuk NSA. Artinya, mereka memberikan akses langsung kepada NSA untuk memperoleh salinan lengkap semua sistem yang kita pakai untuk berkomunikasi.
Disini siasat NSA dengan mudah terbaca. Dengan melitban kesembilan perusahaan penyedia layanan internet tadi, NSA tidak perlu secara langsung mengawasinya, sehingga tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Menariknya lagi, ketika program PRISM ini dilancarkan terhadap target yang telah ditetapkan, FBI dengan peralatan canggihnya, segera ditempatkan di perusahaan teknologi untuk menyadap informasi yang diperlukan.
Dalam hal ini, FBI memiliki database sendiri untuk mengeluarkan atau meneliti dan memvalidasi informasi. Selanjutnya FBI menyerahkan data itu kepada NSA, yang kemudian diproses lebih lanjut oleh serangkaian peralatan analisis milik NSA. Melalui cara ini, menurut Snowden, NSA justru telah melemahkan keamanan internet secara keseluruhan.
Lebih gilanya lagi, NSA telah melecehkan National Institute of Standard and Technology (NIST). Salah satu dokumen Snowden mengungkapkan bahwa pada 2006 lalu, NSA membuka pintu belakang ke dalam salah satu standar enkripsi utama NIST. NSA kemudian meminta badan standard internasional lainnya, dan seluruh dunia, untuk mengadopsinya. Dengan begitu, NSA menjadi editor tunggal.
Kalau saya cermati keterangan Snowden berikut dokumen-dokumen lainnya yang dia bocorkan, badan intelijen AS NSA maupun badan intelijen Inggris GCHQ, dengan dalih keamanan nasional, sesungguhnya sasaran mereka juga untuk menyadap para pesaing bisnis kedua negara.