Sinetron pemurtadan ‘Sebuah Penantian’ yang disiarkan RCTI pada Sabtu, 15 Desember lalu, bukanlah satu-satunya film pemurtadan yang diproduksi dalam program My Hope Indonesia. Program “Penuaian Jiwa-Jiwa Baru’ (baca: Pemurtadan) yang diproduksi Billy Graham Ministries AS lewat tayangan teve popular di Indonesia ada empat seri film sinteron, yaitu:
- Film TV "Sebuah Penantian" (RCTI – Sabtu, 15 Desember 2007, Durasi: 60 Menit tanpa iklan, Pk. 16. 30 – 17. 30 WIB)
- Re-run "Sebuah Penantian" (TVRI – Minggu, 16 Desember 2007, Durasi: 60 Menit tanpa iklan, Pk. 15. 00 – 16. 00 WIB)
- Drama "Bukan Pilihan" (Trans 7 – Sabtu, 29 Desember 2007, Durasi: 60 Menit tanpa iklan, Pk. 16. 30 -17. 30 WIB)
- Reality Drama "Harapanku" (TVRI – Rabu, 2 Januari 2008, Durasi: 60 Menit tanpa iklan, Pk. 20. 00 – 21. 00 WIB)
Seluruh acara ini telah melewati ritual doa dan puasa selama sebulan yang dilakukan oleh gereja-gereja denominasi yang dikomandokan dari Billy Graham Ministries di AS.
Sikap Umat Islam Indonesia
Ketika menjelang tanggal 15 Desember kemarin, kami mendapat banyak respon dan salah satunya menanyakan bagaimana mengukur tingkat keberhasilan dari program-program pemurtadan ini. Kami katakan bahwa kita tidak memiliki satu pun alat ukur yang dapat mengukur dengan presisi berapa banyak umat Islam yang sudah terpengaruh dari tayangan-tayangan pemurtadan semacam itu, atau berapa banyak yang tidak terpengaruh. Ini sangat mustahil.
Tanpa ada tayangan khusus pemurtadan pun, banyak sekali tayangan sinetron yang sama sekali tidak mendidik, bahkan merusak akidah dan nilai-nilai kemanusiaan. Kami teringat pada satu sore di saat berdiskusi dengan Allahuyarham (alm) KH. Rahmat Abdullah soal tayangan teve kita di tahun 2002. Ustadz Rahmat memberi pesan,
“Dengan segala keterbatasannya, umat Islam Indonesia seharusnya bisa menjadi penjaga moral dan ahklak bangsa ini. Jika ada satu atau lebih tayangan yang tidak benar, bersifat merusak, bahkan menyerang akidah, maka setiap keluarga Muslim seyogyanya menulis satu surat protes terhadap tayangan tersebut secara spesifik dan mengirimkannya ke pihak yang bersangkutan atau ke surat pembaca di media massa nasional. Jika semua kita komitmen dengan gerakan tersebut, akan nada puluhan juta surat protes. Ini dahsyat sekali dampaknya. Insya Allah kita bisa mengontrol tayangan-tyaangan yang merusak itu. ” Nah, sudah siapkah kita menulis surat? (Rizki)