Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan arus dari Laut Jawa, ditambah dorongan arus dari Selat Makassar yang berbelok ke timur ketika memasuki sisi timur Segitiga Masalembo. Aliran arus ke timur tersebut semakin meningkat kecepatannya ketika ditambah oleh dorongan arus susur pantai selatan jawa dengan kecepatan tinggi, yang dikenal sebagai Wyrti Jet.
Wyrti Jet kemudian berbelok ke utara masuk ke Selat Lombok, keluar di Laut Bali dan kemudian bergabung dengan kekuatan arus-arus di Segitiga Masalembu di sisi timur yang bergerak menuju ke timur ke arah Laut Flores dan Laut Banda. Bisa dibayangkan apabila ada benda termasuk kapal yang tenggelam di Kawasan perairan Segituga Masalembu pada periode Desember hingga Januari akan dengan sangat cepat terseret jauh ke Laut Flores atau hingga ke Laut Banda.
“Pada periode Juli hingga Agustus, aliran arus dari Selat Makassar adalah sangat kencang kemudian sebagian besar berbelok ke barat dan baratlaut, dan sebagian mengalir menerus menuju ke Selat Lombok,” ungkap Widodo.
Kekuatan arus yang tinggi pada periode Juli-Agustus tersebut juga pengaruhi oleh Arus Lintas Indonesia (Arlindo) atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Through Flow.
“Arus ini membawa volume sangat besar, massa air laut yang berada di permukaan hingga dasar laut dengan laju sekitar 11 juta meter kubik per detik. Sehingga dapat dimungkinkan debit massa air yang sangat besar tersebut akan menarik dan mengangkut dengan cepat apa saja benda, termasuk kapal, yang tenggelam di perairan Segitiga Masalembu terangkut menuju ke Samudera Hindia melewati Selat Lombok,” jelas Widodo.
Melihat ke belakang, sejumlah peristiwa kecelakaan kapal yang pernah terjadi di Kawasan Segitiga Masalembu bisa dikaitkan dengan teori ini. Pada periode musim angin monsun barat seperti kecelakaan KM Tampomas II (Januari 1981) dan KM Teratai Prima (Januari 2009), sedangkan kecelakaan kapal yang terjadi pada periode musim angin monsun timur adalah KM Mutiara Indah (Juli 2007) dan KM Sumber Awal (Agustus 2007).
Terkait dengan kecelakaan kapal terkini, yakni KMP Bini Andika pada November 2019, bertepatan pada periode musim angin barat. Kemungkinannya adalah kapal ini ketika berlego jangkar terseret oleh arus kencang ke arah timur. Jangkar kapal melintangi atau mendekati sisi timur dari Segitiga Masalembo yang kebetulan adalah Alur Lintas Kepulauan Indonesia (ALKI) 2. Jalur ini juga dikenal sebagai alur pelayaran internasional kapal-kapal niaga, container dan lain sebagainya yang berlayar dari Selat Makassar hendak menuju ke Selat Lombok atau Samudera Hindia. (end)
Sumber berita : detik travel