Bulan Ramadan kali ini jatuh hanya sekitar empat hari sebelum kompetisi sepak bola di Eropa bergulir. Liga Inggris sudah memulai pembukaan kompetisi dengan ajang Community Shield. Belanda, Prancis dan Jerman sudah berjalan. Sementara Italia dan Spanyol akan segera berjalan dalam dua pekan mendatang.
Seperti diketahui, banyak pula pesepak bola Muslim yang merumput di Eropa. Sebut saja di Spanyol ada Frederic Kanoute, di Italia ada Mohammed Sissoko, Sulley Muntari, sementara di Inggris ada Nicolas “Bilal” Anelka, Robin Van Persie, Kolo dan Yaya Toure, dan di Jerman ada Franck Ribery. Apakah mereka menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan di tengah-tengah kompetisi yang keras dan sangat memeras fisik dan emosi itu?
Franck Ribery
Beberapa tahun ke belakang, di awal kemunculannya Ribery digadang-gadang akan bisa seperti Zinedine Zidane. Selain juga sama-sama berasal dari Prancis, keduanya juga Muslim. Zidane selama kariernya dianggap sebagai pesepak bola yang berhasil mempresentasikan seorang Muslim. Ingat insiden tandukan mautnya kepada Marco Materrazzi ketika Prancis berduel dalam final Piala Dunia 2006 di Jerman? Konon, itu karena Materrazzi menghina ibu dan saudara perempuan Zidane yang merupakan Muslimah. Ketika Zidane pensiun, Ribery diharapkan bisa meneruskan jejak Zidane.
Tapi bagaimana kenyataannya? Ketika Bayern Muenchen, klubnya saat ini, juara Bundesliga, Ribery juga ternyata ikut meminum bir perayaan dengan rekan-rekannya. Yang terbaru yang paling hangat, Ribery dijerat oleh kepolisian Prancis karena memakai jasa pelacur di bawah umur. Ia banyak dicerca dan dihujat. Jadi, Ribery puasa Ramadan? Wallohu alam bi shawwab.
Sulley Muntari dan Mohammed Sissoko
Seri A Italia menyumbang dua pesepak bola Muslim yang cukup terkenal. Keduanya berasal dari Afrika, namun berbeda klub. Muntari dari Ghana merumput bersama Inter Milan, dan Sissoko di Juventus, dua klub besar Italia yang menjadi rival berat. Musim lalu, selama Ramadan, Jose Mourinho—pelatih Inter saat itu, dan kini ke Real Madrid—sering mempermasalahkan penampilan Muntari yang out of form di lapangan karena Muntari tengah melaksanakan puasa.
Sedangkan Sissoko acap kali diganti oleh pelatihnya di babak kedua, jika Juventus bertanding, dengan alas an agar ia tak batal puasanya.
Kolo Toure dan Nicolas Anelka
Keduanya bermain di Premiere League Inggris. Toure sebagai kapten Manchester City dan Anelka penggedor di Chelsea, juara liga musim lalu. Toure, yang berasal dari Pantai Gading tidak pernah menyembunyikan identitasnya sebagai seoarang Muslim. Jika Ramadan datang namun pas musim kompetisi, semasa di Arsenal, Toure masih tetap berusaha berpuasa. Namun ia mengakui jika tak tahan karena pertandingan menguras fisik, Toure dengan berat hati membatalkan puasanya. “Tapi saya pasti akan menggantinya di hari dan atau di bulan yang lain. Itu konsekuensi sebagai seorang Muslim,” ujarnya.
Sedangkan Anelka adalah seorang mualaf. Setiap kali ia membuat gol, selebrasinya adalah mendekapkan tangannya di dadanya seperti orang yang tengah salat. Menurutnya itu sebagai rasa syukur dia sebagai seorang Muslim. Seperti diketahui, sebelum memeluk Islam, ia dikenal sebagai pemain bengal, berseteru dengan sesama pemain dan terhadap pelatih, hingga tak heran ia banyak didepak oleh klub-klub sebelumnya. Sebut saja Arsenal, Real Madrid, dan Liverpool. Belum lagi klub-klub menengah yang pernah dibelanya semacam Man City atau Fenerbahce. Setiap Ramadan datang, Anelka berusaha keras untuk selalu puasa.
Frederic Kanoute
Inilah sosok pesepak bola Muslim yang bisa dikatakan seorang Muslim yang taat. Kanoute, asal Mali dan bermain di Sevilla—klub papan atas Spanyol—selalu tak pernah lalai menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Kapanpun dan dimanapun ia bertanding, jika pas waktu salat, maka ia akan melaksanakan salat di ruang ganti sekalipun pada jeda pertandingan. Kemudian ia pun meminta jersey (kostum) khusus ketika klubnya disponsori oleh sebuah rumah judi. Ia juga membeli sebuah masjid di Sevilla, ketika masjid itu tak ada lagi yang mampu membiayainya. Yang paling terkenal adalah dukungannya kepada Palestina. Ketika Gaza dibom oleh Israel satu tahun yang lalu, dalam salah satu selebrasinya, ia membuka jerseynya dan memperlihatkan kaus dalamnya yang berwarna hitam dan berisi tulisan Palestina dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab.
Setiap Ramadan, seberat apapun pertandingan di Liga Spanyol, Kanoute tak pernah membatalkan puasanya. Dan ia tetap menjadi goal-getter yang mumpuni. (sa/berbagaisumber)