eramuslim.com – Bila Ada Suatu Negeri Muslim Teraniaya, Negeri Muslim Sekitarnya Hanya Diam
Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke Palestina dengan jalan kaki, menyeberangi Terusan Suez, melintasi Gurun Sinai dan kemudian masuk ke kantong kantong persembunyian di negeri Palsetina. Dari situlah mereka melancarkan operasi penyerangan.
Begitu Hasan Al Banna melihat Palestina ingin di caplok Yahudi, sementara negeri negeri Arab yang berada di sekitarnya hanya diam dan melihat saja, maka dia mengirim telegram kepada pemimpin pemimpin Arab. Dalam telegram itu Hasan Al Banna mengatakan, “ Jika kalian memang benar benar serius dalam usaha kalian menyelamatkan Palestina maka izinkanlah saya memasukinya dengan 100,000 sukarelawan untuk membersihkan negeri tersebut dari orang orang Yahudi.
Isi telegram tersebut juga sampai kepada mereka yang mengadakan konferensi internasional di Alaya. Maka pada hari itu juga atau pada hari keduanya, duta Amerika, Inggris dan Perancis mengadakan siding darurat di Fayed, sebuah kota yang terletak di sepanjang terusan Suez.
Mereka memutuskan untuk menghantam sayap kekuatan Ikhwanul Muslimin. Kemudian keputusan itu mereka kirimkan kepada Naqrasyi Basya, Perdana menteri Mesir, agar melaksanakan keputusan tersebut – bukan kepada raja Farouk yang memegang kekuasaan tertinggi di Mesir – Maka dimulailah aksi persengkokolan jahat mereka untuk menumpas Ikhwanul Muslimin. Kantor kantor jamaah ditutup, ribuan pemuda Ikhwan dipenjarakan dan sebagian petinggi Ikhwan dihukum mati. Namun pemimpinnya Syeikh Hasan Al Banna dibiarkan bebas akan tetapi diawasi dengan ketat.
Namun, sebelum dilaksanakannya keputusan ini, ada empat battalion sukarelawan Ikhwanul Muslimin dari Mesir berhasil masuk Palestina. Ditambah lagi 1 batalion Ikhwan dari Suriah yang dipimpin oleh Syeikh Musthafa As Siba’I , 1 batalion Ikwan dari Irak yang dipimpin oleh Syeikh Muhammad Mahmud Ash Shawwaf, 1 batalion Ikhwan dari Yordania yang dipimpin oleh Abdul Latif Abu Quroh…(Bersambung)