Setelah Raja Nimrod meninggal, Semiramis menyebarkan ajaran Nimrod jika roh Nimrod tetap hidup abadi walau jasadnya telah mati. Semiramis menunjuk pohon Evergreen yang tumbuh diatas sebatang pohon kavu yang telah mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod.
Semiramis akhirnya membuat satu perayaan untuk mengenang hari kelahiran Nimrod tiap tanggal 25 Desember. Pada hari itu, Semiramis menghias pohon evergreen dan menggantungkan aneka bingkisan pada ranting-ranting pohon itu sebagai peringatan hari kelahiran Nimrod. Inilah asal usul Pohon Natal. Melalui pemujaan kepada Nimrod, akhirnya Nimrod dianggap sebagai “Anak Suci dari Surga’.
Dari perjalanan sejarah, pergantian generasi ke generasi, dari masakemasa, dan dari satu bangsa ke bangsa lainnya, perayaan ini diadopsi bangsa pagan Roma sebagai hari penyembahan terhadap Dewa Baal, anak Dewa Matahari, atau God of Sun. Hari sucinya hari Minggu yang disebut sebagai Sunday. Di hari Minggu inilah kaum pagan Roma melaksanakan ibadah.
Kepercayaan Babilonia yang menyembah “Ibu dan anak” (Semiramis dan Nimrod yang dibangkitkan kembali), menyebar luas dari Babilonia ke berbagai bangsa di dunia dengan cara dan bentuk berbeda-beda, sesuai dengan bahasa di negara-negara tersebut. Di Mesir dewa-dewi tersebut bernama Isis dan Osiris, di Asia bernama Cybele dan Deoius, di Roma bernama Fortuna dan Yupiter, juga di negara-negara lain seperti di China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madona. Ini terjadi jauh sebelum Yesus dilahirkan.
Akhirnya, pada abad ke-4 dan ke 5 Masehi, agama baru bernama “Kristen” lahir dan berkembang di Kekaisaran Romawi. Padahal Romawi telah memiliki sistem kepercayaan yang sangat kuat pada dewa dan dewi. Setiap tanggal 25 Desember, kaum pagan Romawi berpesta merayakan hari kelahiran anak Dewi Isis bernama Osiris (nama lain dari Semiramis dan Nimrod). Perayaan ini asing bagi Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama, sebab itu dalam Alkitab kita tidak akan menemukan satu ayat pun yang menyatakan Yesus memerintahkan untuk merayakan Natal, sebab perayaan setiap tanggal 25 Desember, adalah perayaan agama Paganis (penyembah berhala) yang dilestarikan oleh umat Kristiani hingga kini.
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikel berjudul “Christmas” menulis, “Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan pagan Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan menjelang perayaan akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah mendarah daging di masyarakat Romawi ini diadopsi kekristenan dengan mengubah sedikit jiwa dan ritualnya. Sebab itu, para pendeta Kristen di Barat dan Timur Dekat menentang prosesi perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding jika Kristen Barat telah mengadopsi ritual penyembahan terhadap Dewa Matahari.”
Yang perlu diingat, menjelang abad pertama sampai abad keempat Masehi, dunia dikuasai Imperium Romawi yang paganis politeisme. Agama Kristen sendiri saat masih kecil dan berkembang, pemeluknya selalu dikejar-kejar penguasa Romawi. Namun setelah Konstantin naik tahta menjadi Kaisar, dan dia memeluk Kristen di abad ke-4 M, dia menempatkan Kristen sejajar dengan agama pagan. Namun karena rakyatnya sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewinya pada 25 Desember dengan pesta pora yang sangat disukai mereka, maka perayaan itu pun dilestarikan dengan memberi nama baru sebagai Hari Perayaan Kelahiran Yesus. Padahal tidak ada satu pun ayat dalam Alkitab yang menyatakan kapan tepatnya hari lahirnya Yesus. [bersambung]