Setelah negara-negara Barat berjanji akan bersikap adil terhadap masalah Palestina, dan setelah dirayu oleh sejumlah pemimpin Arab dalam pertemuan di Aljazair, barulah Faisal luluh dan menyetujui untuk menghentikan embargo minyaknya.
Jika Muhammad Al Saud sebagai pendiri cikal-bakal kerajaan Saudi Arabia yang wilayahnya hanya di seputar Najd, kemudian ayah Faisal Raja Abdul Aziz menyatukannya dengan Hijaz yang melingkupinya dua kota suci Makkah dan Madinah, sehingga wilayahnya meliputi wilayah kerajaan Saudi sampai sekarang, maka Faisal memiliki peran besar menyatukan negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab, dan menyatukan dunia Islam yang tergabung dalam Organisationof Islamic Cooperation (OIC).
Dalam bidang ekonomi ia mendirikan Bank Pembangunan Islam, tidak terhitung berbagai yayasan sosial yang didirikannya untuk membantu umat Islam di seluruh dunia, baik dalam membangun rumah ibadah, lembaga pendidikan, rumah sakit, serta menolong fakir miskin.
Di dalam negeri, Faisal mengenalkan pendidikan modern, sain dan teknologi, penggunaan telepon, listrik, radio, TV, membangun infrastruktur jalan dan air.
Dalam pengembangan sumber daya manusia, ia bukan saja mendorong laki-laki agar akrab dengan sains modern, akan tetapi juga memberikan kebebasan pada kaum hawa.
Sayang generasi sesudahnya yang menikmati kekayaan hasil minyak warisannya, menggunakan kekayaan negara bukan saja tidak tepat sasaran, akan tetapi kekayaan negara lebih banyak digunakan untuk berfoya-foya, dan di simpatisan sebagai properti pribadi.
Belakangan muncul tren baru yang sangat menguras kas negara, dengan keterlibatan Riad terhadap berbagai gejolak politik di sejumlah negara Arab dan negara muslim, yang tidak jarang berujung pada operasi militer.
Situasi ini bukan saja melemahkan persatuan diantara negara-negara Arab dan dunia Islam, akan tetapi semakin memperkuat posisi Israel baik secara politik maupun militer.
Sebaiknya kebijakan Saudi Arabia seperti ini, memperlemah posisi Palestina. Apalagi berbagai operasi militer, intelijen, dan politik yang diambil Riad diikuti dengan meningkatnya poros segi tiga Riad-Tel Aviv-Washington, yang tentu saja menimbulkan kecemasan banyak negara Arab dan muslim.
Kini, dunia Arab dan dunia Islam tercerai-berai. Dalam situasi seperti ini, sangat wajar jika masyarakat baik yang berada di dunia Arab atau dunia Islam merindukan kembali munculnya tokoh seperti Raja Faisal. rmol.id
Penulis; Dr. Muhammad Najib, Pengamat Politik Islam dan Demokrasi
[rmol]