Eramuslim – Imam as-Suyuthi meriwayatkan dari Ibnu Asakir, dari Abi Mandhur, ia berkisah, “Ketika Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam menaklukkan Kota Khoibar, beliau mendapatkan keledai hitam.”
Rasulullah berdiri di depannya seraya mengajaknya bicara. Beliau bertanya: ‘Siapa namamu?’ Keledai itu menjawab: ‘Namaku Yazid bin Syihab.
Allah SWT mengeluarkan keturunan dari kakekku sebanyak 60 ekor keledai, semuanya tidak dikendarai kecuali oleh seorang Nabi. Sungguh aku telah berharap Tuan dapat mengendaraiku.
Dari keturunan kakekku tidak ada yang tersisa kecuali diriku, dan tiada dari golongan para Nabi yang hidup selain Tuan. Sebelumnya, diriku adalah milik seorang Yahudi. Aku sengaja berbuat liar terhadapnya. Ia membuatku lapar dan memukul punggungku’.
Rasulullah pun berkata padanya: ‘Sekarang engkau bernama Ya’fur’.
Rasulullah SAW sering mengirim Ya’fur menuju rumah seorang sahabat. Ia mendatangi pintu rumahnya lalu mengetuknya dengan kepalanya.
Ketika pemilik rumah keluar, maka ia memberi isyarat kepada Ya’fur bahwa ia akan segera mendatangi Rasulullah SAW. Lalu, Ya’fur pulang kembali menemui Rasulullah.
Seperti dilansir dari website Pondok Pesanten Lirboyo, ketika Rasulullah SAW wafat, Ya’fur berjalan lunglai ke arah sumur milik Abil Khaitsam bin Taihan.
Kesedihan yang dalam membuat keledai hitam yang setia milik Rasulullah itu tak sadar dengan keadaan sekitar. Kemudian, Ya’fur pun jatuh ke sumur itu dan mati. (Okz)
Sumber Al-Khasha’isul Kubra, Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Bairut: Darul Kutub al-Ilmiyah.