Memang, Abu Ayyub Al-Ansari memperoleh posisi yang bagus dalam kultur Ottoman. Pada hari mereka naik tahta Kesultanan, para sultan Ottoman biasa mengadakan upacara keagamaan besar di Masjid Abu Ayyub, di mana Sultan memakai pedang yang melambangkan otoritas yang dipercayakan kepadanya.
Misalnya pada saat upacara pedang tahun 1876, yang digelar dengan sangat megah. Orang-orang berbaris dalam jumlah besar dari daerah “Besiktas”, yang menghadap pantai Bosphorus, ke Masjid Sultan Eyup di Tanduk Emas yang bercabang dari Selat Bosphorus, kemudian mengunjungi makam Abu Ayyub.
Sejarah masjid ini mengatakan bahwa masjid ini menampung sebuah perguruan tinggi yang siswanya berasal dari daerah jauh. Perguruan tinggi tersebut menyediakan mereka makanan dan tempat tinggal, selain untuk belajar tentunya.
Abu Ayyub al-Anshari memiliki posisi besar di antara Muslim Turki saat ini, karena dia adalah tuan rumah Nabi Muhammad setelah dia berimigrasi ke Madinah, dan menjadi simbol jihad dan penaklukan. Dia juga membawa panji tentara Nabi.
Kehadiran makamnya di Turki merupakan nilai emosional yang besar bagi Turki dikarenakan sedikitnya jumlah sahabat yang dimakamkan di Istanbul. Tidak seperti makam para sahabat yang tersebar di negara-negara Hijaz, Syam, dan Mesir.
Bagi orang Turki, Masjid Eyup Sultan adalah situs suci Islam keempat setelah Makkah, Madinah dan Al-Quds Al-Sharif. Banyak jamaah berduyun-duyun memasuki ke masjid tersebut, terutama pada hari Jumat, untuk melakukan sholat. Turis Muslim juga berbondong-bondong ke masjid itu setiap tahun, untuk mengantri dan menyaksikan tempat suci Abu Ayyub al-Ansari.
Termasuk juga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang biasa mengunjungi makam Abu Ayyub, setelah pemilihan di mana dia ikut mencalonkan diri. Atau ketika Erdogan mengumumkan berita besar, atau ketika acara besar. Kunjungan Erdogan ke Masjid Abu Ayyub yang paling dikenal adalah saat malam pertama upaya kudeta yang gagal pada 2016. (Rol)