Situs harian Jerusalem Post pada Jum’at (8/12) menurunkan sebuah berita berjudul “Indonesian Peace Delegation Meet With Peres” (Delegasi Perdamaian dari Indonesia Temui Shimon Peres). Berita ini ditulis oleh Greer Fay Cashman.
Di awal artikelnya Cashman menulis, “Walau tidak ada hubungan diplomatik formal antara Israel dan Indonesia, lima orang anggota Delegasi Perdamaian Indonesia menemui Presiden Israel Shimon Peres, Jum’at (8/12) di Yerusalem. ”
Kelima orang Indonesia tersebut berasal dari Yayasan LibForAll, sebuah yayasan swasta yang berasal dari Amerika Serikat yang tujuannya untuk memerangi Islam Kafaah dan mempromosikan Islam yang bersekutu dengan Zionis-Israel. Abdurrahman Wahid menjadi pelindung yayasan LibForAll dan anggotanya antara lain Yeni Wahid, Abdul Munir Mulkhan, Ahmad Dani (Dewa19), dan sederet aktivis JIL lainnya. Perjalanan mereka ke Tanah Palestina yang diduduki Israel bekerjasama dengan Simon Wiesenthal Center, sebuah LSM Amerika pendukung utama Zionisme.
Lima orang tersebut oleh Jerusalem Post dianggap merepresentasikan dua ormas terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, yang memiliki anggota sebanyak 70 juta rakyat Indonesia, dari 195 juta rakyat Indonesia yang Muslim.
Di depan kelima orang Indonesia, Peres sempat mengatakan bahwa kedatangan mereka akan menimbulkan spekulasi di Indonesia, karena selain Israel tidak memiliki hubungan resmi dengan Indonesia, setiap ada orang Indonesia yang ke Israel selalu saja menjadi berita kontroversi.
Mengatasnamakan Indonesia
C. Holland Taylor, pimpinan dari yayasan LibForAll yang sangat pro-Zionis, menyatakan kepada Peres bahwa Abdurrahman Wahid baru-baru ini mengeluarkan sikap yang menolak dan menentang HAMAS dalam persoalan di Palestina. Taylor juga berkata bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia di mana HAMAS ditolak oleh ormas Islam terbesar di dunia.
Jpost kembali menulis, “Syfiq Mugni (Syafiq Mugni?), tokoh Muhammadiyah, berbicara dengan Peres yang mengenakan kippa dengan tulisan "shalom" dalam bahasa Ibrani dan Latin, begitu gembira dengan orang-orang Indonesia yang mengunjunginya dan bahkan mereka menyerang HAMAS serta mendukung Zionis-Israel, sehingga Peres mencopot kippa yang dikenakannya dan mengenakannya ke kepala tamunya tersebut.
Pertemuan itu diisi dengan berbagai topik pembicaraan antara lain bidang ekonomi, politik, regional, dan peringatan 60 tahun berdirinya Israel di Tanah Palestina.
Kepada Peres Mugni antara lain menyatakan, “Kita berharap suatu waktu Muslim di Indonesia bisa bersikap lebih toleran dan mengutamakan demokrasi. Hal ini bisa dilakukan antara lain lewat jalur pendidikan, untuk mengubah mental Muslim di Indonesia agar bisa bersikap lebih terbuka. ” Maksudnya jelas, agar Muslim Indonesia bisa menerima Zionis-Israel sebagai sekutu, sama seperti dirinya dan kawan-kawannya dari LibForAll.
Ulama NU yang disebut dengan nama Abul A’la (bisa jadi nama-nama ini merupakan nama alias), mengamini Mugni dan menyatakan bahwa di Indonesia ada segolongan Teroris Muslim. “Namun hal itu tidak mencerminkan keseluruhan Muslim di Indonesia. Kami akan secepatnya menghadapi itu dan mempromosikan Islam yang penuh kedamaian. Kami tidak bisa hidup tanpa kedamaian. ”
Kelima orang Inadonesia ini juga menyatakan bahwa mereka telah mencoba untuk berbicara dengan Kubu Mahmud Abbas yang juga pro Israel agar tercipta kerjasama saling menguntungkan antara Palestina, Israel, dan mereka sendiri. “Kami mendoakan itu, ” ujar Mugni.
Peres bercerita bahwa Juni lalu, di Bali telah diselenggarakan konferensi besar yang menentang sikap Iran atas penafikkannya terhadap Holokous yang dihadiri oleh Gus Dur, dan beberapa tokoh agama lain termasuk dari Israel.
Oktober lalu, tambah Peres, tujuh delegasi wartawan dari Indonesia juga datang ke Israel dan bertemu dengannya.
Kelima orang Indonesia anggota LibForAll itu selama di wilayah pendudukan Zionis-Israel ditemani oleh Dean Rabbi Abraham dari Wiesenthal Center dan C. Holland Taylor, CEO LibForAll. Mereka ikut merayakan ritual Yahudi Hanukka, menikmati tarian di Kiryat Shmona, mengunjungi Betlehem dan juga Masjid Al-Aqsha di Yerusalem, setelah bertemu Peres. Selain itu, mereka juga mengunjungi sebuah sekolah di Sderot dan memantau wilayah Jalur Gaza dari kejauhan.
Sorotan Media Islam
Kunjungan lima komprador Zionis dari Indonesia ke Shimon Peres ini menjadi berita hangat di sejumlah media Islam dunia. Dalam artikelnya berjudul “Normalisasi Memalukan Indonesia” (8/12), media ‘Friend of al-Aqsha’ yang diterbitkan Muslim London dan beredar luar di Ibukota Inggris, lewat tangan Khalid Amayreh menulis bahwa kunjungan lima orang Indonesia ke wilayah pendudukan Israel di Palestian sungguh-sungguh memalukan mengingat Indonesia merupakan negeri Muslim mayoritas terbesar di dunia.
“Dengan kunjungan lima orang Indonesia itu, Dunia Islam mendapat banyak kerugian, dan hal ini sungguh-sungguh menguntungkan Zionis—baik Olmert maupun Abbas. Ini benar-benar menampar muka kita semua. Benar-benar memalukan!” demikian Al-Aqsha.
Tokoh dan Politisi Islam Indonesia Sibuk Cari Jabatan
Sayangnya, di saat musuh-musuh Islam di Indonesia gencar memerangi agama Allah ini, dan dengan dana yang sangat besar berupaya menjadikan Muslim Indonesia menjadi Sekutu bagi Zionis (lihat www. Libforall. Org, di situ jelas-jelas terdapat program nyata membuat umat Islam Indonesia menjadi sekutu Zionis), para tokoh dan politisi Islam masih saja disibukkan dengan cari kursi dan jabatan, Pilkadal-lah dan segala macam.
Dan seperti juga politisi sekuler lainnya, setelah duduk di kursi yang nyaman karena berhasil “menjual” Islam, mereka banyak yang lupa daratan dan menjadi lebih cinta (setengah mati) terhadap kenikmatan dunia ketimbang mencintai akherat. Bukannya mensejahterakan umat, mereka lebih khusyuk mensejahterakan diri dan keluarganya sendiri. Umat lagi-lagi dijadikan pendorong mobil mogok. Hanya saja sekarang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri.(Rizki)