Sesekali bukalah situs www. Libforall. Com, di sana ada sejumlah pengakuan jujur kaum liberalis Amerika dan juga pendukungnya di Indonesia untuk menghantam pemikiran Islam kafaah dan syumuliyah yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Mereka menyebut umat Islam yang ingin menerapkan syariah Allah ini dengan sebutan “Islam Fundamentalis” dan bahkan menyebutnya sebagai “Teroris”.
Situs yang memiliki slogan “Promote the Culture of Liberty and Tolerance Worldwide” (Menyebarkan budaya kebebasan dan toleransi ke seluruh dunia) ini dalam halaman pertamanya memuat misinya yang antara lain memecah-belah kaum Muslimin dengan membedakan antara kaum Muslimin Fundamentalis yang dianggap sama dengan teroris dengan Muslim Tradisionalis yang disebutnya Muslim Moderat.
Jika kita klik enter maka terpampanglah halaman berikutnya yang diawali dengan sebuah kutipan atas pernyataan Abdurrahman Wahid seperti yang pernah dimuat di dalam The Wall Street Journal yang berbunyi: “
“Muslims themselves can and must propagate an understanding of the ‘right’ Islam, and thereby discredit extremist ideology. Yet to accomplish this task requires the understanding and support of like-minded individuals, organizations and governments throughout the world. Our goal must be to illuminate the hearts and minds of humanity, and offer a compelling alternate vision of Islam, one that banishes the fanatical ideology of hatred to the darkness from which it emerged, ” demikian Wahid yang juga menjabat sebagai LibForAll co-founder, patron and board member.
Jadi, menurut “kiai” yang pernah foto bareng sedang memangku Aryanti Boru Sitepu—perempuan bukan muhrimnya ini hanya pakai daster, umat Islam seharusnya menyebarkan ‘kebenaran’ Islam yang sejuk dan menentang pemikiran Islam radikal. Entah, kebenaran macam apa yang dimaksud oleh “kiai” jenis ini.
Di dalam halaman bertajuk “Indonesian Programs” (Program untuk Indonesia) disebutkan bahwa Libforall sejak 2004 mengefektifkan programnya untuk Indonesia yang disebut sebagai satu negara yang memiliki jumlah Muslim terbanyak dunia, dengan menggandeng orang-orang Indonesia yang disebutnya sebagai tokoh-tokoh umat Islam Indonesia yang telah tercerahkan (baca: tentunya dalam pemahaman kamus kaum liberal). Beberapa programnya secara garis besar adalah:
Mendukung berdirinya “Wahid Institute” yang memiliki slogan “Seeding plural and peaceful Islam” dengan ikut mengembangkan pemahaman “Islam Moderat” dan menyebarkan gagasan pembaharan di bidang demokrasi, pluralisme, dan toleransi antara Muslim di Indonesia dan juga di seluruh dunia. Wahid Institute dipimpin oleh puteri tertua Abdurrahman Wahid yakni Yenni Wahid.
Lalu di bagian bawah ada foto Abdul Munir Mulkhan, tokoh liberal dari Muhammadiyah, bersama CEO Libforall Hollan C. Taylor. Abdul Munir Mulkhan ini mendirikan Yayasan Falsafatuna yang menggabungkan pemahaman sufiisme dengan ke dalam materi pendidikan sekolah untuk menghantam pemikiran Islam fundamentalis.
Lalu ada pula Yayasan Darmokusumo yang bermarkas di Yogya yang menggabungkan Islam dengan kejawen. Yayasan Libforall menyokong yayasan-yayasan lokal ini dengan program dan dana.
Ada lagi pernyataan jujur yang mencengangkan. Libforall mengadakan pendidikan bagi anak-anak Islam yang berada dalam kemiskinan, “…agar anak-anak miskin ini menerima pendidikan kesetaraan untuk toleransi, penguatan, dan keterampilan individual, dan juga berempati terhadap agama lain, menghadapi dunia maju. ” Seraya menuliskan kegiatannya ada di Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga merambah anak-anak korban tsunami di Aceh.
Yang cukup membuat surprise, LibForAll Foundation ternyata juga menggandeng salah satu kelompok musik papan atas Indonesia untuk menyukseskan program liberalisasi Muslim Indonesia. Kelompok musik ini bernama Dewa untuk, “…to counter extremist ideology in the world’s most populous Muslim nation. ”
Kelompok Musik Dewa
Pertemanan antara Libforall dengan kelompok musik Dewa agaknya sangat istimewa. Jika Wahid Institute hanya disinggung sekali di dalam satu halaman situs ini, maka untuk Dewa disediakan dua halaman khusus (Popular Culture dan Warriors of Love) yang secara cukup lengkap memuat detil program berikut foto-foto yang amat mesra antara para pengusung liberalisme Islam ini.
Bersama dengan Dawn Elder Management, Libforall membentuk satu gugus tugas dalam bidang manajemen kelompok-kelompok musik Islam dan non-Islam dunia untuk menyebarkan paham liberalisme yang dikatakan sebagai toleransi, pluralisme, dan demokrasi.
Salah satu proyek yang digagas mereka adalah merekam dan menerjemahkan lagu “Laskar Cinta” (Warriors of Love) ke dalam bahasa-bahasa dunia antara lain bahasa Arab, Parsi, Turki, Hindi/Urdu, Bengali, Swahili, Mandingue, Hausa, Perancis, Spanyol, Rusia, dan Inggris. Selain menerjemahkan, mereka juga membuat video klip dan juga bertanggungjawab atas distribusinya. Belum cukup sampai di sini, promosi lagu ini juga dilakukan di sejumlah negara dunia yang melibatkan artis-artis top dunia di Eropa dan Amerika.
Dalam situsnya, Libforall diketuai oleh C. Holland Taylor, dan Board of Directors-nya antara lain Abdurrahman Wahid, Ahmad Dhani, dan F. Borden Hanes, Jr. Beberapa orang Indonesia diankat menjadi penasehat Libforall yakni Mustofa Bisri, Amin Abdullah (Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Azyumardi Azra, Abdul Munir Mulkhan, Nasr Hamid Abu Zayd, dan Frans Magnis Suseno.
Mau lebih banyak agenda kaum liberalis untuk menyebarkan pahamnya ke tengah umat Islam Indonesia? Silakan klik www. Libforall. Com.(Rz)