Eramuslim.com – Nabi Nuh AS adalah bapak umat manusia di dunia setelah Nabi Adam. Karena azab yang Allah SWT turunkan berupa banjir bandang telah menenggelamkan seluruh penduduk bumi tidak terkecuali istri dan anak Nabi Nuh yang tidak beriman kepada Allah.
Mereka yang selamat adalah yang beriman kepada Allah SWT dan berada di dalam bahtera Nabi Nuh. Sebagian ulama berpendapat, ada 80 orang di dalam kapal tersebut, sebagain lagi menyebutkan ada 70 orang, dan yang lain mengatakan hanya ada 10 orang.
Dikutip dari buku Kisah Nabi Nuh AS karya Taufiqurrohman, Nabi Nuh menerima wahyu kenabian pada masa kekosongan di antara dua rasul. Di mana saat itu, umat manusia mulai berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa nabi yang meninggalkan mereka. Mereka kembali syirik, melakukan kemungkaran dan kemaksyiatan dibawah pimpinan iblis.
Dalam kondisi masyarakat seperti itu Nabi Nuh diutus. Nabi Nuh adalah orang yang sangat fasih dalam bertutur kata, cerdas akalnya dan pemikirannya jauh kedepan, santun, sangat sabar, memiliki kemampuan argumentasi yang kuat, dan mempunyai kekuatan meyakinkan lawan bicara.
Dengan bekal itu, Nabi Nuh mengajak kaumnya kembali pada Allah. Sayang, kaumnya menolak seruan itu. Saat Nabi Nuh memberi peringatan tentang dahsyatnya siksa pembalasan di hari kiamat, kaumnya tetap membisu dan tuli. Mereka juga semakin menutup telinga dan mata saat Nabi Nuh mencoba meyakinkan sebuah pahala yang besar kepada mereka yang beriman.
Dengan sekuat tenaga, Nabi Nuh terus mengajak kaumnya untuk kembali menyembah Allah. Siang malam Nabi Nuh berdakwah dengan penuh kesabaran, namun hanya sedikit dari kaumnya yang menyambut ajakan Nabi Nuh. Kebanyakan dari mereka dari golongan orang miskin dan berstatus sosial rendah. Sedangkan orang-orang kaya, terpandang, dan berkedudukan tinggi, tetap membangkang.