Ketika bertemu dengan Nabi Ibrahim, Raja Namrud bertanya, “Apakah benar engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut?”
Dengan singkat Nabi Ibrahim menjawab, “Bukan.” Jawaban itu pun membuat Raja Namrud semakin geram. Raja pun mendesaknya dengan tuduhan hanya Nabi Ibrahim lah saat itu yang tidak ikut bersama Raja Namrud.
Nabi Ibrahim justru menjawab, “Tanyakan saja dengan berhala yang paling besar itu, mungkin saja berhala yang paling besarlah yang melakukannya, karena terdapat kapak di lehernya.”
Raja Namrud justru menjawab, “Hai Ibrahim, kau sungguh bodoh. Mengapa patung, di mana otakmu? Masak patung seperti itu saya ajak bicara, mana mungkin dia bisa bicara? Kau jangan mengada-ada!”
Dengan lantang Nabi Ibrahim menjawab, “Hai Raja Namrud, siapa sebenarnya yang bodoh. Mengapa patung yang tak dapat bicara dan bergerak kau jadikan tuhan yang harus disembah. Mengapa patung dan berhala yang tak dapat melindungi dirinya itu kalian puja-puja, bukankah ini kebebodohan yang teramat sangat.”
Mendengar jawaban Nabi Ibrahim, sang Raja dan masyarakatnya pun terdiam sejenak. Setelah itu, Raja Namrud dan pengikutnya pun tidak bisa membantah. Sebagian masyarakat pun membenarkan perkataan Ibrahim, namun tidak berani mengatakannya di depan raja.
Akhirnya hanya amarah lah yang timbul di hatinya. Kemudian Raja Namrud memerintahkan untuk menangkap dan mengikat Nabi Ibrahim. Penasihat kerajaan pun menyarankan agar membakar Ibrahim hidup-hidup. Akhirnya usul sang penasihat pun disetuji.
Raja Namrud dan pengikutnya itu pun berfikiran bahwa Nabi Ibrahim akan mati saat itu. Namun setelah api itu padam, Nabi Ibrahim masih segar bugar. Tidak mengalami luka sedikitpunm. Itulah yang menjadi mu’jizat Nabi Ibrahim, Tak mempan di bakar. (Okz)