Dalam buku Roosa yang dilarang beredar ini, dikatakan ilmuwan-ilmuwan Universitas Cornell menduga karikatur di Harian Rakyat tersebut penegasan dari koran propangadis ini, bahwa Gerakan 30 September 1965 adalah kisah sukses menyelamatkan presiden Sukarno dari kudeta Dewan Jenderal yang didukung oleh Komandan Tjakrabirawa menyelamatkan presiden dari kup Dewan Jenderal yang dianggap agen CIA.
Tokoh utamanya yakni Letnan Kolonel Untung, Komandan Battalion Tjakrabirawa. Dalam karikatur itu, Harian Rakyat memberi caption, sangat pantas kiranya mengucapkan terima kasih atas usaha menyingkirkan dengan cara menghabisi para jenderal tersebut.
Terbit perdana pada tahun 1951, Harian Rakyat menjadi corong utama PKI dalam membangun opini publik. Gagasan beraroma agitasi menjadi urat nadi koran dnegan jargon ‘untuk rakyat hanya ada satu harian Harian Rakyat’ ini.
Harian Rakyat didirikan oleh Wakil Ketua II Central Committee PKI Nyoto. Ia juga bertindak sebagai pimpinan redaksi. Berkantor di Jalan Pintu Besar Nomor 93, Jakarta, Harian Rakyat menjadi andalan bagi PKI menyerang musuh-musuh politik lewat kata demi kata, kalimat demi kalimat.
Harian Rakyat menjadi koran politik terbesar dalam kurun waktu 1951-1965. Bahkan oplahnya pernah mencapai 100 ribu sewaktu tahun 1958.
Horor 30 September malam, membuat pemerintah menutup semua koran pada besoknya, 1 Oktober, kecuali media milik militer, Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha. Selang sehari, 2 Oktober, Harian Rakyat kembali terbit dengan headline Letkol Untung dari Battalion Tjakrabirawa Menyelamatkan Presiden dari Kup Dewan Jenderal.
Pada 2 Oktober itu, seperti penjelasan Rossa, jika berita utama Harian Rakyat memuji G-30-S sebagai langkah menyelamatkan presiden dari usaha kudeta para jenderal, di anak judul beritanya, dikatakan, G-30-S semata-mata gerakan dalam tubuh Angkatan Darat.
Bahkan, dalam tajuk rencananya tergambar pimpinan PKI mendukung G-30-S, tapi seakan-akan menjaga jarak dari horor itu.
Jadi dengan menurunkan berita utama Letkol Untung sebagai lakon, yang notabene bagian dari Angkatan Darat, Harian Rakyat ingin menyampaikan ke publik bahwa itu adalah gerakan patriotik dari seorang prajurit untuk menghabisi senior atau atasannya yang mau mengkudeta Presiden Sukarno.
Angle yang ambigu, seperti ditulis oleh Rossa, penulis ingin menyampaikan ke publik, bahwa dukungan PKI terhadap G-30-S, bukan berarti partai terlibat.
Menariknya, setelah pihak tentara melarang semua koran kecuali koran militer terbit pasca G-30-S, justru Harian Rakyat tetap tampil dengan penanggalan Sabtu, 2 Oktober. Hal ini, seperti banyak dugaan dan analisis sejarawan Cornell, konten yang tertanggal 2 Oktober itu telah dicetak hari Jumat sebelumnya.
Pasca kegagalan G-30-S, dimana menjadi dalih bagi tentara menghabisi partai komunis dengan massa terbesar ketiga di dunia ini, Harian Rakyat juga ikut dimasukkan kedalam kardus, dan tutup hingga hari ini. (*)