Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyebut Ben & Jerry’s melakukan dua kesalahan fatal: kesalahan secara moral dan kesalahan secara finansial.
”Pemboikotan terhadap Israel ini tidak berhasil, dan tidak akan berhasil. Kami akan melawan dengan sekuat tenaga,” ungkap Bennett.
Menteri Luar Negeri Yair Lapid menyebut langkah Ben & Jerry’s memalukan. Yair juga menuduh Ben & Jerry’s mendukung gerakan anti-Semitisme dan gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS).
Anti semitisme adalah sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi. Sementara BDS adalah kampanye global yang menekan Zionis-Israel dari segi ekonomi dan politik agar mau mematuhi tujuan gerakan ini: mengakhiri pendudukan dan kolonisasi Israel terhadap tanah Palestina.
Menurut Yair, saat ini sudah lebih dari 30 negara bagian di Amerika sudah meloloskan undang-undang anti-BDS dalam beberapa tahun terakhir. ”Saya berencana meminta masing-masing negara bagian untuk menegakkan undang-undang ini terhadap Ben & Jerry’s,” ancamnya.
Artinya, besar kemungkinan Ben & Jerry’s akan mendapat masalah besar. Terutama ketika ia dianggap melanggar undang-undang anti-BDS di 30 negara bagian Amerika Serikat itu.
Apalagi Pemerintah Joe Biden pun juga anti terhadap gerakan BDS.
Langkah Ben & Jerry’s jelas membuat para investor perusahaan induk Unilever resah. Karena itu, Unilever CEO Alan Jope cepat berupaya menenangkan. Tentu saja Jope mengambil “langkah aman”.
Ia berupaya menjauhkan Unilever dari keputusan tersebut, dengan mengatakan keputusan itu dibuat secara independen oleh manajemen Ben & Jerry’s sendiri tanpa melibatkan Unilever. Dan sesuai perjanjian, memang manajemen berhak melakukan hal tersebut.
”Ini adalah keputusan yang diambil Ben & Jerry’s sendiri, sesuai perjanjian akuisisi yang kami tandatangani 20 tahun lalu,” ujarnya.
”Saya meyakinkan Anda bahwa ini bukan niat kami. Perusahaan Ben & Jerry’s sudah sejak lama dikenal dengan masalah sensitif. Keputusan ini murni dibuat mereka sendiri,” ia menambahkan.
Jope juga menyebut bahwa Unilever akan terus melakukan bisnis di wilayah penjajahan Israel.
Sementara itu, Presiden Arab American Institute James Zogby di Washington mengatakan bahwa langkah Ben and Jerry’s ini sangat sangat berani juga berisiko tinggi terhadap perusahaan.
”Perusahaan harus berhitung. Karena melakukan hal besar seperti ini, akan memiliki dampak besar pula pada perusahaan,” ujar Zogby.[em/sd]