Jika Anda membuka situs harian fundamentalis Zionis-Israel, The Jerusalem Post (www.jpost. Com), pada hari Jum’at, 11 Januari 2008 pagi, maka Anda akan melihat sebuah iklan bertajuk “Villas for Rent in Bali” dengan kalimat “Fantastics deal on private luxury villas for Rent in Bali. Book Now!” (www.ParadiseVillaRental. Com).
Jika diklik, maka kita akan dibawa ke situs pemilik iklan tersebut yang ternyata dimiliki oleh Paradise Property Bali, yang beralamat di dua lokasi yakni Jalan By Pass Ngurah Rai, Perempatan Siligita, Nusa Dua, Bali-Indonesia (phone: +62 361 77 35 40 fax: +62 361 77 35 44) dan di Jalan Lasmana #54 Kerobokan, Seminyak, Bali – Indonesia (phone: +62 361 73 73 57 fax: +62 361 73 75 50) dengan alamat email: info@paradisevillarental. Com.
Dalam situs yang dikelola Paradise Property Bali tersebut ditawarkan berbagai macam vila yang berlokasi di berbagai wilayah di Pulau Bali, seperti di Canggu Area, Jimbaran-Bukit Area, Sanur Area, Seminyak Area, Tanah Lot-Tabanan Area, Ubud Area, dan Umalas-Kerobokan Area. Selain itu juga ada link dengan berbagai, hamper sleuruh, vila di Bali dan juga dengan segala fasilitas maupun link partner.
Sebenarnya, ini hanyalah sebuah iklan yang biasa, lumrah, namun karena iklan tersebut dimuat dalam halaman utama harian fundamentalis Zionis-Israel, The Jerusalem Post, apalagi menempati banner utama di atas headlines, maka pesan yang ingin dikatakan oleh iklan tersebut adalah: “Kami berani memasang iklan di bagian utama, paling mahal, di sebuah Koran terkemuka Israel sebab kami sangat yakin bahwa target pemasaran produk kami amat banyak warga Israel”. Dengan kata lain, selama ini turis Israel banyak yang sudah bepergian dan menginap di Bali.
Walau Republik Indonesia belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun dalam kapasitas hubungan dagang sudah dibuka sejak masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang memang dikenal pro-Zionis Israel. Bahkan beberapa pejabat tinggi pemerintah negara ini, seperti Ketua Kadin Pusat, pernah secara resmi berhubungan bisnis dengan pejabat Kadin Israel.
Bukan itu saja, pemodal Zionis-Yahudi AS, George Soros, pun dikabarkan akan segera menanamkan modalnya bagi ratusan hektar are perkebunan kelapa sawit di Nanggroe Aceh Darussalam. Kelompok bisnis Israel, Mehav, juga telah dipastikan akan menanam modal dan bergiat dalam sektor energi alternatif di Nusa Tengara Timur (NTT) dengan jumlah investasi yang juga besar.
Dalam sektor pariwisata, berbagai biro perjalanan umat Kristen banyak yang mengajak umatnya untuk berziarah ke Yerusalem, sebuah wilayah yang kini masih saja dikangkangi Zionis-Israel. Lihat saja iklan-iklan biro perjalanan di media-media milik mereka seperti di Kompas, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, dan sebagainya.
Itu yang terbuka. Yang dilakukan diam-diam malah lebih banyak lagi. Dengan minim publikasi, tenaga-tenaga medis berbagai rumah sakit besar di Indonesia sudah lama diketahui sering pergi ke Israel untuk mendapatkan pelatihan medis, lalu baru-baru ini juga ada lima tokoh LibForAll yang pergi menemui Presiden Israel Shimon Peres di Yerusalem dan menjelek-jelekkan gerakan Islam yang benar-benar berjuang untuk menegakkan Islam di hadapan Peres. Belum lagi di bidang militer dan lain sebagainya. Apa artinya semua ini?
Tidak ada penafsiran lain kecuali bahwa Israel telah banyak masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri kita ini.
Saat tentara-tentara Zionis-Israel terus saja membunuhi warga sipil Palestina, membom rumah-rumah warga Palestina lengkap dengan seluruh penghuninya, memperkosa dan melecehkan kehormatan gadis-gadis Palestina, menyayat daging bocah-bocah Palestina, maka kita di negeri yang konon dikatakan sebagai negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia ini, kita masih saja terus memberikan keuntungan, terus saja mengalirkan uang dan kekayaan alam yang kita miliki untuk menghidupi teroris Zionis-Israel yang tiap hari selalu saja menumpahkan darah saudara-saudara kita di Palestina. Kita ikut andil dalam memperkuat eksistensi negeri Zionis tersebut.
Inilah kita, yang sudah sangat bangga dengan besarnya kuantitas sembari mengecilkan arti kualitas. Inilah kita, yang masih saja mabuk dengan urusan perebutan kursi dan fasilitas negara, dengan memanfaatkan dan menunggangi umat yang kian lama kian terkubur dalam kemelaratan dan kepapaan yang teramat dalam. Betapa umat Islam lagi-lagi menjadi pendorong mobil mogok. Hanya saja, jika dahulu yang menunggangi umat Islam adalah kaum sekuler, maka ironisnya sekarang ini yang menunggangi umat Islam malah berasal dari para tokoh-tokoh Islam itu sendiri.
Umat Islam sering terkecoh dengan penampilan luar. Jika seseorang itu fasih melantunkan doa-doa, berjanggut, jidat hitam, maka orang itu sudah dianggap sebagai seorang yang memperjuangkan Islam dan pasti lurus. Padahal seorang Karl Marx pun jenggotnya lebih panjang.
Jika saja tokoh-tokoh Islam, apalagi yang sudah duduk di lembaga negara, konsern dengan masalah Palestina, maka sudah dari dulu tidak akan ada yang namanya hubungan apa pun dengan negeri Zionis itu. Sayangnya, mereka dengan mudah dibungkam mulutnya. Salah satu contoh kecil, dengan sedan Camry terbaru yang baru-baru ini dibagi-bagikan kepada anggota DPRD DKI Jakarta. Kita memang baru sebatas ini.(Rizki)