“Bang, saya bawa ini bahan bacaan bang,” jawab Prabowo.
Mendengar penjelasan itu, Yunus Yosfiah lalu berpikir, wajar jika seorang prajurit membawa buku atau majalah untuk bacaan di kala waktu senggang di daerah operasi. “Saya berpikir, bacaan Prabowo itu untuk hiburan mengisi waktu.”
Tapi karena ia lihat ransel Prabowo begitu besar, maka Yosfiahpun penasaran ingin melihat buku apa yang dibawa prajuritnya. “Begitu saya lihat, ternyata ia bawa majalah ekonomi. Namanya The Economist, yang bahasa inggris itu. Saat itulah saya terenyuh, kok anak ini mau ke daerah operasi bawa majalah ekonomi. Bukan satu, tapi banyak.”
Keheranan Yosfiah adalah wajar, karena The Economist yang berpusat di London adalah majalah serius langganan para ekonom dan pelaku bisnis papan atas. Majalah tersebut sangat populer di kalangan pemimpin dan para pengambil keputusan dunia, yang menjadikan berbagai ulasan dan artikelnya tentang ekonomi, sosial, dan politik global, sebagai acuan pemikiran mereka.
Meski Prabowo ketika itu masih menginjak 24 tahun, baru setahun lulus dari Akademi Militer, Yosfiah mengatakan dirinya memaklumi, “Mungkin karena bapaknya seorang ahli ekonomi,” katanya. Maka Prabowo sehari-haripun terbiasa melahap bahan bacaan serius tersebut.