Kartunis yang pernah mengisi kolom pada majalah “L’Affaire Sine” ini, mengikuti keterlibatan Sarkozy terhadap calon istrinya kala itu Jessica Sebaoun-Darty (22), seorang puteri pewaris tahta dari pengusaha Yahudi yang menguasai jaringan perdagangan barang elektronik.
Ia mengomentari rumor bahwa putra presiden berencana untuk mengkonversinya menjadi Yudaisme, Sine menyindir: “Dia akan pergi jauh dalam kehidupan, dan memiliki sedikit anak.”
Seorang komentator dengan profil tinggi dibidang politik marah terhadap kolom itu karena menghubungkan prasangka tentang orang-orang Yahudi dan keberhasilan sosial.
Editor Charlie Hebdo, Philippe Val, mendesak dan meminta Sinet untuk meminta maaf. Sinet sebenarnya bersedia, tapi jika permintaan maaf harus dengan cara yang sangat sopan, dia menolak.
Keputusan Mr. Val untuk memecat Sine didukung oleh sekelompok intelektual terkemuka, termasuk filsuf Bernard-Henry Levy. Tetapi bagian dari libertarian sayap kiri membelanya habis-habisan, mengutip hak untuk kebebasan berbicara oleh Charlie Hebdo ternyata justru melanggar kebebasan berbicara yang selama ini di-tuhan-kan.
Pada tahun 1962 Siné pernah merilis bukunya yang berjudul Siné Massacre, yang di dalamnya mengandung anti-colonialism, anti-capitalism, anti-clericalism, and anarchism.
Tabloid kartun tukang sindir Charlie Hebdo juga pernah menerbitkan kartun bahkan menghina Islam dan Nabi Muhammad, sebagai “kebebasan berbicara”. Charlie Hebdo juga pernah menerbitkan kartun tentang Nabi Isa dan Chiristianity, juga menyebabkan majalah itu dituntut sebanyak 12 kali oleh Gereja Katolik.
Pemimpin Chechnya ledek Eropa atas standar ganda terorisme
Tanggapan publik belum pernah terjadi sebelumnya terhadap penembakan Charlie Hebdo di Prancis yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin membangkitkan sentimen anti-Islam dan mengalihkan perhatian orang dari masalah lain, klaim pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov melalui laporan di Russia Today (RT).
Kepala Republik Chechnya itu menjelaskan posisinya melalui media lamanya pilihan, layanan berbagi foto Instagram.
Dalam sebuah posting yang viral dan menyertai foto dirinya, Kadyrov mengatakan bahwa ia menyambut baik “single-hearted“ kecaman terorisme oleh para pemimpin dunia serta jutaan orang mengambil bagian dalam demonstrasi di Paris. Dia juga mengutuk pembunuhan orang tak bersenjata oleh teroris dan dianggap sebagai perang melawan terorisme, tugas yang paling penting dalam hidupnya.
Pada saat yang sama Kadyrov mengajukan pertanyaan.
“Was the denouncing aimed at terrorism only in France or were the public figures and people targeting the evil all over the World?”
(Apakah yang mencela bertujuan terorisme hanya di Prancis atau yang para tokoh masyarakat dan orang-orang jahat yang menargetkan seluruh Dunia?)
“Why the presidents, kings and prime ministers have never led marches of protest against the deaths of hundreds of thousands of Afghans, Syrians, Egyptians, Libyans, Yemenis, and Iraqis? Why did they remain silent when terrorists exploded a bomb in the Chechen government HQ or when they blew up the Grozny stadium killing Chechen President Akhmad-Haji Kadyrov [Ramzan Kadyrov’s father] and his aides? Why did they not react to the raid on the school in Beslan and the hostage taking at Moscow’s Dubrovka Theater? Why keep silent when in December last year terrorists captured the House of Press and a school in Grozny, killing and injuring over 50 people?” tulisan akhir Kadyrov dalam akunnya.
(“Mengapa presiden, raja dan perdana menteri tidak pernah memimpin pawai protes terhadap kematian terhadap ratusan ribu warga Afghanistan, Suriah, Mesir, Libya, Yaman dan Irak? Mengapa mereka tetap diam ketika teroris meledakkan bom di markas pemerintah Chechnya atau ketika mereka meledakkan stadion Grozny dan membunuh Presiden Chechnya Akhmad Kadyrov-Haji [ayah Ramzan Kadyrov] dan para pembantunya? Mengapa mereka tidak bereaksi terhadap serangan disekolah di Beslan dan penyanderaan di Theater Dubrovka di Moskow? Mengapa diam ketika pada bulan Desember tahun lalu teroris ditangkap di Gedung Pers dan sebuah sekolah di Grozny, menewaskan dan melukai lebih dari 50 orang?” tulisan akhir Kadyrov dalam akunnya.)
“It is impossible to secure Paris, London, Madrid and other European capitals if the whole society fails to condemn those who raise and sponsor terrorists all over the world masking it as support for opposition movements,” Kadyrov stated.
“Tidak mungkin untuk mengamankan Paris, London, Madrid dan ibukota Eropa lainnya jika seluruh masyarakat gagal untuk mengutuk orang-orang yang mengangkat dan mensponsori teroris di seluruh dunia yang berkedok sebagai dukungannya untuk gerakan oposisi,” kata Kadyrov.
Tokoh Chech itu dengan yakin menulis bahwa dia mencurigai beberapa kekuatan yang sangat kuat telah mempersiapkan seluruh skenario itu untuk menghasut suasana hati anti-Islam di Eropa atau untuk mengalihkan perhatian publik dari beberapa masalah global yang masih terjadi. (Bersambung ke bagian 3/sumber: Indocropcircles)