“Setiap spesies yang sama dengan Anda sendiri secara teoritis akan menjadi makanan yang ideal karena mereka akan mengandung semua nutrisi yang Anda butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan, dalam proporsi yang seharusnya pas,” kata Dale Jefferson, salah satu peneliti dalam riset ini kepada Live Science. “Pada dasarnya Anda bisa mendapatkan semua yang Anda butuhkan dari satu sumber,” imbuhnya.
Untuk mengetahui apakah kecebong lebih suka makan daging kecebong daripada sumber makanan lain, tim peneliti melakukan serangkaian percobaan pada kecebong-kecebong. Mereka menawarkan kombinasi makanan yang berbeda dari daging udang air asin beku, tepung jagung, daging kecebong atau tidak ada makanan sama sekali kepada sejumlah kecebong.
Hasilnya, tim menemukan bahwa kecebong mengkonsumsi daging kecebong di bawah kondisi kelaparan, dan ketika persaingan untuk makanan tinggi karena kehadiran kecebong lainnya. Namun begitu, hewan ini memilih sumber makanan lain ketika tersedia banyak pilihan.
Para kecebong lebih menyukai udang air asin daripada tepung jagung, kemungkinan karena kandungan protein udang yang tinggi, dan cenderung tumbuh dan berkembang lebih cepat ketika diberi makan udang air asin dibandingkan dengan daging kecebong.
Selain itu, hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Naturwissenschaften pada Februari 2014 lalu ini juga menjelaskan efek buruk dari perilaku kanibalisme di antara kecebong. Menurut para peneliti, kanibalisme meningkatkan risiko penyebaran patogen. Penjelasannya, jika suatu spesies rentan terhadap suatu patogen, maka sesama spesies yang memakannya juga akan rentan terkena jenis infeksi patogen yang sama.
Jefferson mengatakan, karena banyak kolam di daerah penelitiannya telah mengering dalam beberapa tahun terakhir, maka habitat kecebong akan semakin menyusut sehingga meningkatkan persaingan untuk mendapat ruang dan makanan di antara mereka. Hal ini menurutnya akan berpotensi meningkatkan laju kanibalisme dan penyebaran patogen di antara kecebong tersebut. [kumparan]