Kava sendiri sebenarnya punya bagian besar dalam tradisi dan juga upacara di kepulauan Pasifik seperti Fiji. Namun di negara-negara barat, minuman ini dipandang sebagai alternatif minuman keras yang lebih sehat untuk kaum muda yang ingin ‘hangout’ tanpa mabuk.
“Ini membuat saya santai, tidak seperti alkohol atau narkoba,” kata Sabrina Cheng, seorang seniman di Brooklyn.
“Saya memiliki toleransi alkohol yang sangat rendah, tapi dengan minum kava, Anda bisa bertahan di sini sepanjang hari sembari membaca buku, memakai laptop, dan berbincang.”
Stowe mengungkapkan bahwa sekarang ini kaum milenial tak lagi terlalu suka pergi minum di bar setiap malam.
“Orang ingin sesuatu yang baru dan mereka ingin sesuatu yang sehat.”
Sisi kecemasan
Kava mulai terkenal di negara-negara Barat sejak tahun 1990. Ledakan produksi kava di tahun itu akhirnya memicu munculnya kava ekspor berkualitas rendah dan publisitas negatif soal hal tersebut.
Sementara itu, FDA pun memberi peringatan soal risiko bahaya cedera hati akibat produk yang terkait produk kava di tahun 2002.
“Tidak seperti di tahun 1990an, pemahaman ilmiah tentang tanaman ini jauh lebih baik, telah dipelajari secara luas dan umumnya dianggap aman dan bermanfaat,” kata Zbigniew Dumienski, seorang peneliti di University of Auckland, Selandia Baru.(kl/ts)