Seiring dengan Pangkalan Angkatan Udara Anderson milik AS di Guam, lokasi Diego Garcia adalah aset Amerika yang paling strategis di kawasan Asia Pasifik. Dari pangkalan itulah pesawat-pesawat pembom NATO menjatuhkan bom-bom di negara-negara Muslim, terutama di Timur Tangah yang berkecamuk, dengan pesawat-pesawat pembom berketinggian sngat tinggi, dan diakhiri dengan perang saudara yang tak kunjung berakhir, bahkan hingga saat ini.
Dengan lebih banyak basis AS di luar negaranya, maka akan memberi Washington pengaruh yang dibutuhkannya untuk mendorong dan menerapkan kebijakan perdagangan yang menguntungkan bagi Amerika terlebih dahulu.
Proses globalisasi memang didorong oleh perdagangan, jadi siapapun yang mengendalikannya, maka bisa mengendalikan satu pemerintahan dunia atau “one world government” untuk melancarkan agenda Orde Baru atau “the New World Order” (NWO) pada akhirnya.
Sementara itu, Wolfowitz dan Clark keduanya meninggalkan peran mereka di pemerintahan AS pada musim panas 2005. Kemudian masa jabatan Admiral Clark telah diperpanjang, sekitar waktu yang sama dengan Departemen Pertahanan AS (DoD) yang menyetujui untuk memberi USS Jimmy Carter masa satu setengah tahun lagi untuk membuat perubahan.
Apakah semua ini kebetulan, atau apakah Wolfowitz dan Clark masih tetap tinggal di kantornya untuk waktu yang cukup lama guna mengawasi misi pertama USS Jimmy Carter, tentang misi penghancurannya, yang telah dilakukan sebelum ditugaskan secara resmi, dan seketika agar musuh Amerika percaya bahwa kapal selam USS Jimmy Carter pada saat itu memang sedang docking atau berlabuh di AS dan tidak kemana-mana?
Apakah bencana tsunami di Aceh yang dianggap bencana “alamiah” ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya, benar-benar terjadi akibat teknologi militer baru yang canggih, yang dipegang oleh USS Jimmy Carter?
USS Jimmy Carter, “Sapu Jagat” dan Bendera “Bajak Laut”
Para skeptis menyampaikan bahwa USS Jimmy Carter ditugaskan pada bulan Februari 2004, atau dua bulan setelah tsunami. Kemudian ia kembali ke Connecticut dari pengujian operasinya pada tanggal 19 November 2004. Dengan kata lain, kapal selam ini bukan berada di Samudra Hindia yang memicu tsunami di Samudera Hindia yang menghantam Aceh.
Namun, Ford dan Dean tetap percaya bahwa kapal selam yang dilihat para skeptis dan sedang docking pada bulan November 2004 itu bukanlah USS Jimmy Carter, namun itu adalah kapal selam USS Toledo. Mereka mengatakan bahwa kapal selam di foto-foto resmi yang dirilis, lebih kecil dari USS Jimmy Carter yang sebenarnya jauh lebih panjang.
- Simbol Sapu (Broom)
Selanjutnya, Ford dan Dean berpendapat sangat penting untuk diketahui bahwa kapal selam USS Jimmy Carter “memasang sapu”, yang kalau di Indonesia sejenis sapu ijuk, walau bukan dari ijuk, terlihat dipasang terbalik dengan cara mengikatnya saat kembali dari sebuah “operasi sangat rahasia”.
“Sapu” atau disebut juga sebagai “Broom”tersebut, terlihat ketika USS Jimmy Carter bergerak pulang ke pangkalannya di Washington pada awal tahun 2005.
Di dunia maritim, penempatan sapu ijuk terbaik, adalah pertanda atau sebuah kode simbolik pada kapal perang, jika mereka telah sukses “menyapu” musuhnya.
Menyapu tersebut, dalam artian berhasil membinasakan atau melakukan pembantaian massal atau genocide terhadap musuhnya.
Sapu atau disebut sebagai “broom” ini adalah isyarat simbolis yang dibuat pada masa perang dulu.
Pada masa lalu itu, ketika sebuah kapal perang telah berhasil “menyapu bersih” musuhnya atau kapal-kapal musuhnya dalam misi mereka, maka awak kapal itu akan mengikat sebuah “broom” pada buritan, geladak, atau pada tiang layarnya dengan posisi dibalik, yaitu gagang sapu dibawah dan ujung sapunya diatas.