Di masa kemudian, sejarah mencatat Belanda lah yang menjadi penguasanya. Sebagian peneliti sejarah menyebutnya sebagai negara silent super power. Suasana batin di akhir Abad ke 15 sampai permulaan Abad 16 ini dapat kita saksikan dalam film 1492 Conquest of Paradise besutan sutradara Ridley Scott atau film The Merchant of Venice katya Michael Radford.
Kedua film tersebut terlihat bersungguh-sungguh dalam menyajikan kembali peristiwa masa lalu, digarap sedemikin rupa agar terasa sedekat mungkin dengan zamannya. Misalnya, dalam scene-scene di awal film 1492 Conquest of Paradise dimana para awak kapal terkagum-kagum kepada keberanian Columbus dalam memimpin ekspedisi itu. Karena hanya dipandu oleh pemahaman bahwa bumi itu bulat, dibekali selembar peta sederhana, sebuah alat pengukur sudut, teropong bintang, jam pasir? Dan semua perlengkapan itu, tentu saja masih diragukan akurasinya?
Juga sepotong scene yang memberitahu kepada kita tentang bagaimana sebagian besar masyarakat dunia waktu itu masih di cengkeram mitos lama. Berikut ini adalah potongan scene itu. Scene dimulai dengan ekspresi keputusasaan serta kelelahan para awak kapal, yang telah berminggu-minggu terapung-apung, terombang-ambing dipermukaan samudera lepas, tetapi belum menunjukkan adanya tanda-tanda terlihat mendekati sebuah daratan. Jadwal yang diperkirakanpun meleset jauh, ditambah masalah persediaan makanan semakin menitis.
Kasakkusuk- konspirasi diantara para awak kapal yang mempercayai bahwa misi pelayaran itu akan gagal, yang berujung kekacauan di atas kapal. Dengan penuh emosi, salah seorang awak kapal yang dipilih untuk mewakili suara lainnya bergegas menemui Columbus.
Awak kapal : Pelayaran ini telah dikutuk! Ini buktinya bahwa samudera tidak bisa diseberangi! Sampai kapanpun kita mencoba bertahan di atas kapal, kita tetap tidak akan pernah sampai daratan. Lihatlah semua awak kapal sudah putus harapan! Bagaimana kamu akan menjelaskan tentang semua ini?
Columbus : Tidak tahu!
Awak kapal : Apa katamu? Tidak tahu?
Columbus : Ya, tidak tahu! Saya hanya berusaha mengusir ketakutan dan percaya pada kenyakinan.
Kata terakhir dari dialog diatas, mengingatkan saya pada Bertrand Russell dalam The History of Western Philosophy yang menuliskannya begini; “Abad modern digerakan oleh; pikiran, kenyakinan dan tujuan.”
Nah, sampai disini, dari penggalan-penggalan data yang saya paparkan diatas, yang tentunya jauh dari rinci, tetapi hal ini sengaja saya pilih supaya kita tidak terjebak pada pembahasan yang panjang dan njlimet serta tidak berkesudahan.
Yang penting adalah jika kita mengakui mengenai adanya kesatuan dalam detak-gerak sejarah, bahwa ada hubungan erat dan saling mempengaruhi mengenai apa yang terjadi sebelumnya dan apa yang terjadi sesudahnya. Maka, kiranya diperlukan semacam sintesa agar data penggalan sejarah itu menjadi satu pemikiran baru.
Dengan memahami “cara kerja” Renaisans-yaitu dengan menggali pemikiran lama, maka tidak berlebihan kiranya apabila saya berkeyakinan “ proyek penggalian kembali Jalur Rempah” inipun akan berdampak sama. Dalam skala dan derajat yang tidak jauh berbeda, bisa memunculkan ide-ide spekulatif serta tak terduga yang mampu mendorong individu-individu menjadi pemberani dan lebih maju.
Menyongsong Era Baru, Era Asia
Sebagai penutup, perlu kiranya saya kutipkan sekali lagi, sebuah analisa dari Bertrand Russell, masih dalam buku yang sama;
“Saya kira, jika kita ingin merasa aman di dunia setelah melewati zaman perang, kita harus mengakui Asia mempunyai kedudukan yang sama baik secara politik maupun budaya.”
Saya tidak tahu perubahan-perubahan apa yang akan terjadi, tetapi saya yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut akan meluas dan sangat penting. Oleh karenanya, tidak ada cara lain bagi kita , selain bersiap diri untuk menyongsong era baru itu. Era Asia. Caranya?
Berfikirlah, Ubahlah, Kembangkanlah, Buat tanda tangan dirimu disana. Kelak dirimu akan tahu, pun dirimu tidak akan menyadarinya, Bahwa ternyata dirimu sudah menjadi dirimu yang berbeda. Sekian, semoga bermanfaat.[TheGlobalReview]
Giri Basuki, alumni Universitas Negeri Jakarta program studi Bahasa Indonesia. Punya minat yang amat luas pada sejarah, sosial-budaya dan hukum. Saat ini Giri Basuki menekuni bidang seni rupa seraya meneruskan program studi S-2 mendalami hukum hak cipta.