Eramuslim – Kertas yang digunakan untuk menyalin Alquran pada masa lampau merupakan kertas Eropa. Disebut kertas Eropa karena kertas itu dibuat di Eropa dan dipasarkan di Nusantara.
Pada umumnya, kertas Eropa yang digunakan untuk menyalin Alquran diproduksi dari negara Belanda, Inggris, dan Italia. Lalu bagaimana cara kita agar mudah mengenali kertas Eropa?
Hal ini bisa diketahui dengan menerawang kertas di mana terdapat garis tebal berjarak sekitar 2,5 cm, dan garis tipis berjarak sekitar 1 mm. Secara fisik, kertas Eropa mirip dengan kertas merek Conqueror pada zaman sekarang.
Sedangkan kertas yang digunakan pada mushaf dari Langitan, Tuban, juga merupakan kertas Eropa. Berbeda dengan kertas yang berasal dari Nusantara. Ada yang disebut dengan istilah dluwang.
Dluwang terbuat dari kulit pohon. Berbeda dengan kertas Eropa dibuat dari bubur kertas, dan jika mengikuti definisi itu, maka sesungguhnya dluwang tidak bisa disebut kertas, karena prosesnya sangat berbeda, karena benar-benar dibuat hanya dari kulit pohon.
Cara membuat dluwang biasanya dengan dipukul-pukul, berbunyi, “Dhok-dhok.” Oleh karena itu di Jawa Timur biasa dikenal sebagai kertas gedhok. Nama Latin pohonnya adalah broussonetia papyrifera vent, atau paper mulberry dalam bahasa Inggris, yang dalam budaya lain sering dibuat tapa sebagai pakaian tradisional.
Seperti dilansir dari Suara Muhammadiyah, di Sunda disebut pohon saeh, semacam pohon waru di Jawa, yang memang mempunyai serat kuat pada kulitnya.