Namun yang membelot dari tentara Inggris dan bergabung dengan tentara Indonesia hanyalah serdadu muslim dari Pakistan dan bersama-sama tentara Indonesia berjuang melawan tentara Belanda dan Inggris. Sedangkan tentara India yang beragama Hindu dan pasukan Gurkha yang beragama Sikh tetap bersama pasukan Belanda dan Inggris melawan pasukan Indonesia dan Pakistan.
Suatu hari, Ghulam Ali, serdadu India Muslim dari Brigade Infantri I Divisi India ke-23, dan kawan-kawannya berpatroli ke kampung-kampung Jakarta. Mereka mendapati rumah-rumah penduduk yang kosong. Penghuninya mengungsi ke luar Jakarta.
Seketika Ghulam Ali terharu begitu melihat tulisan bismillahirochmanirrohim di pintu rumah dan menemukan Alquran di dalam rumah-rumah penduduk. Belakangan, Ghulam Ali dan kawan-kawannya diberitahu orang-orang India Muslim yang telah lama tinggal di Indonesia bahwa sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim.
“Di situlah awal-mula mereka desersi (membelot dari tentara Sekutu). Mereka berbalik bukan membantu tentara Inggris melucuti tentara Jepang, tapi bergabung dengan tentara Indonesia,” kata Firdaus Syam, dosen Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta. Firdaus Syam juga penulis buku ‘Peranan Pakistan di Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia’.
Komunitas India yang tergabung dalam Himpunan Keluarga (HK) memainkan peranan dalam pembelotan tentara-tentara itu. “Bagi mereka haram untuk memerangi saudara sendiri dalam konteks seiman Islam. Hal ini beberapa kali dipertegas ketua HK,” kata Yuanita Aprilandini, dosen sosiologi Universitas Negeri Jakarta yang menulis tesis tentang diaspora India.
Karena sentimen agama pula, seorang serdadu India Muslim desersi karena laporan yang didengar dan dipercayainya bahwa pasukan India non-Muslim membakar sepuluh Alquran dan menghancurkan sebuah masjid. Dia berpikir agamanya telah dihina dan memutuskan untuk memperjuangkan Islam.
Sentimen agama menjadi senjata ampuh bagi pejuang Indonesia untuk membujuk tentara India muslim membelot dari pasukannya. Caranya dengan melancarkan propaganda Pan-Islam (persaudaraan sesama Muslim). Menurut Richard McMillan dalam The British Occupation of Indonesia 1945-1946, propaganda ‘Peraudaraan Islam’ (Ukhuwah Islamiah) itu dilakukan dalam berbagai bentuk. Saat Brigade Infantri India Ke-49 menghadapi cobaan berat di Surabaya, pejuang Indonesia menyerukan melalui pengeras suara agar umat Islam bersatu mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Terkadang pejuang Indonesia mengajak tentara India Muslim yang tertangkap untuk berjuang atas dasar perasaan keagamaan.
Propaganda Pan-Islam menjadi masalah yang dicemaskan para komandan pasukan Inggris. Kendati sebagian besar tentara India yang bertugas di Indonesia adalah Hindu, ada sejumlah tentara India Muslim yang dikelompokkan dalam kompi-kompi.