Bagian pertama tulisan ini membeberkan bagaimana serbuan misionaris Kristen, terutama dari sekte Pantekosta dan Evangelis begitu agresif menyelinap dan mempengaruhi kehidupan banyak orang, tak terkecuali kalangan muslim sehingga kadang memicu kecurigaan bahkan konflik terbuka.
Faktanya, meski sulit mendapatkan data resmi angka pertumbuhan penganut Kristen Evangelis di negara myoritas berpenduduk muslim seperti Indonesia, berbagai komunitas Kristen mengklaim terjadi peningkatan jumlah pengikut mereka sepanjang tahun. Indikasi ini terlihat pada setiap acara kebaktian yang diselenggarakan di luar gereja, misalnya di gedung-gedung pertemuan yang selalu dipadati pengunjung.
Majalah Time menulis, Jakarta Praise Community yang dibentuk sepuluh tahun silam silam, mulanya hanya beranggotakan sekitar 200 orang. Dan sekarang, acara-acara kebaktian mereka dihadiri oleh sekitar 5.500 anggotanya yang kebanyakan berasal dari kaum urban.
Komunitas Evangelis mengklaim pengikutnya mencapai 15.000 orang dalam kurun waktu dua dekade. Komunitas ini bahkan berhasil membangun sebuah kompleks gereja Evangelical Reformed Millenium Center di kawasan Kemayoran, yang mampu menampung 4.500 jamaah. Pembangunan gereja itu menelan biaya 30 juta USD dan harus menunggu selama 17 tahun untuk mendapatkan izin dari pemerintah daerah setempat.
Gereja ini untuk sementara menjadi gereja terbesar di Jakarta, karena ada satu gereja lagi yang kapasitasnya dua kali lipat gereja diatas, yang hampir selesai dibangun di pinggiran kota Jakarta. Gereka itu, menurut Time, bisa menampung sekitar 10.000 jamaah.
Warga Muslim di dekat lingkungan gereja Evangelical Reformed Millenium Center sempat protes ketika Pastor gereja itu, Stephen Tong-pastor yang juga dikenal di kawasan Asia, seperti Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Singapura-menempatkan salib di puncak menara gereja. Tong mengeluhkan penolakan itu karena merasa memasang salib di menara gereja bukanlah tindakan melanggar hukum.
"Di Jakarta terdapat 1,2 juta umat Kristiani, gereja yang hanya menampung 4.000 orang tidak ada artinya. Kami melakukan ini semua secara resmi, lalu mengapa kami tidak boleh memasang salib di gereja kami seperti masjid memasang simbol-simbol keislaman?" tanya Pastor Tong.
Seberapapun kerasnya perlawanan kelompok-kelompok yang mengatasnakaman pembelaan terhadap Islam terhadap serbuan kaum misionaris ini, suka tidak suka faktanya ada kasus-kasus seorang muslim yang akhirnya pindah agama menjadi seorang Kristiani.
Pada Time seorang mantan muslim bernama Syaiful Hamzah mengklaim bahwa makin banyaknya muslim yang keluar dari agama Islam salah satu penyebabnya adalah aksi-aksi terorisme yang terjadi di Indonesia dengan mengatasnamakan agama Islam.
"Banyak muslim yang sudah pindah agama. Tapi mereka takut mengakuinya secara terbuka karena takut mendapat ancaman dari kalangan muslim lainnya," ujar Hamzah.
Hamzah adalah termasuk yang keluar dari agama Islam dan sekarang aktif menyebarkan agama Kristen serta menjadi pembimbing orang-orang muslim yang baru pindah agama ke Kristen. Hamzah yang mengenyam pendidikan di madrasah di Jakarta, bahkan ikut membangun masjid di lingkungannya, masuk Kristen saat ia bekerja di kepulauan Maluku. Pada tahun 2000 ia dibaptis di sebuah gereja Pantekosta dan sejak itu resmi menjadi seorang evangelis.
Namun Time menulis, jumlah muslim yang beralih agama ke evangelis tidak sebanyak yang dikhawatirkan kelompok-kelompok Islam. Karena banyak dari mereka yang pindah agama ke Kristen sebenarnya memang penganut Kristen sejak lama. Kondisi berawal pada era tahun 1960-an, pada masa komunisme berkembang di Indonesia, pemerintah yang anti-komunis memaksa setiap warga negara Indonesia untuk memilih salah satu agama yang harus tercantum dalam identitas kartu penduduk mereka.
Khawatir akan mengalami penganiayaan dan enggan melepas kesempatan berkarir yang disediakan untuk kalangan muslim, mereka yang sebenarnya beragama Kristen memilih agama Islam untuk dituliskan di kartu tanda penduduk mereka. Tapi diam-diam mereka tetap pergi ke gereja. Seiring perjalanan waktu, melihat situasi yang makin kondusif dan makin bertambahnya penganut Kristiani di Indonesia, mereka yang dulu mengaku muslim mengganti status agama mereka ke agama asal mereka, yaitu Kristen.
Lebih lanjut Time menuslikan bahwa sulit untuk mengabaikan adanya kekuatan kebangkitan Kristen di Indonesia–dan mudah memahami mengapa sebagai kaum muslimin sulit menerima hal itu dan menganggapnya sebagai pelanggaran yang dilakukan umat Kristiani. Sebagai ilustrasi, Time menceritakan acara kebaktian berupa layanan penyembuhan orang-orang yang sakit.
Acara semacam ini baru mendapatkan izin setelah pihak penyelenggara memastikan bahwa mereka akan melarang orang muslim dilarang ikut acara itu. Tapi saat acara berlangsung, muncul seorang lelaki tua, muslim, mengenakan peci khas yang sering dikenakan muslim. Orang-orang mengatakan bahwa lelaki itu buta. Setelah jamaah acara itu membacakan doa, lelaki tua itu terlihat sembuh dari kebutaannya.
Dan seorang pastor yang memimpin acara tersebut dengan lantang berkata "Seorang Muslim sekarang bisa melihat. Ini adalah keajaiban." Dengan wajah gembira, pastor itu bersumpah bahwa besok akan lebih banyak lagi orang-orang seperti lelaki muslim tadi. Begitulah cara mereka menarik hati orang lain agar masuk dalam agama mereka. (ln/time)