Sejak wabah virus corona baru meluas pada akhir tahun 2020, Shi berulang kali membantah tuduhan bahwa virus itu bocor dari labnya, dan mengklaim bahwa dia telah menguji semua sampel mereka tanpa menemukan kecocokan yang tepat untuk jenis virus yang telah menginfeksi manusia.
Sebaliknya, Shi menyatakan bahwa ‘coronavirus adalah alam yang menghukum umat manusia karena menjaga kebiasaan hidup yang tidak beradab’ dan berkata, “Saya bersumpah demi hidup saya bahwa itu tidak ada hubungannya dengan laboratorium kami,” seperti yang dilaporkan Caixin.
Namun, pada tahun 2010, Shi ternyata pernah menerbitkan sebuah makalah yang menggambarkan skenario di mana hewan pengerat yang terinfeksi menyebabkan kebocoran virus mematikan dari laboratorium China.
Paper-nya itu berjudul ‘Wabah Hantavirus Terkait Dengan Tikus Laboratorium Di Yunnan, China’ berisi laporan tentang sebuah insiden di mana wabah demam hantavirus hemoragik dengan sindrom ginjal (HFRS) terjadi di sebuah perguruan tinggi di Kunming sebagai hasil dari kebocoran laboratorium pada tahun 2003 .
Shi menulis bahwa 15 siswa di kampus itu terjangkit demam berdarah, dan tes serum darah mereka mengungkapkan bahwa mereka memiliki antibodi hantavirus dalam sistem mereka. Urutan genom mengungkapkan bahwa pelakunya adalah isolat virus Hantaan baru, dan analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa isolat tersebut adalah reassortant yang berasal dari virus Hantaan manusia dan tikus.
Investigasi epidemi mengungkapkan bahwa pasien indeks adalah seorang mahasiswa pascasarjana pria berusia 24 tahun. Dia telah terlibat dengan tikus di laboratorium di kampus, yang sudah tidak dia tinggalkan dalam dua bulan.
Siswa tersebut mengatakan bahwa dia bertugas memberi makan tikus laboratorium setiap hari dan dia telah digigit oleh satu tikus selama 10 hari sebelum dia mulai menunjukkan gejala klinis HFRS. Sebuah studi serologis terhadap 60 tikus di laboratorium mengungkapkan bahwa 29 memiliki antibodi untuk hantavirus.
Pusat Hewan Laboratorium (CLA) telah memasok tikus ke sana dan tujuh perguruan tinggi lainnya. Sebuah studi tentang CLA dan sekolah tersebut mengungkapkan adanya antigen pada tikus di CLA dan dua perguruan tinggi, termasuk yang dihadiri siswa.
Shi menunjukkan bahwa CLA memiliki langkah-langkah keamanan yang lemah, dengan berbagai spesies hewan pengerat ditempatkan dan diberi makan di ruangan yang sama. Banyak jenis hewan lain juga disimpan di dalam ruangan.
Dia menulis bahwa meskipun layar telah dipasang di jendela di ruangan itu, setidaknya satu jendela memiliki layar yang rusak. Lebih buruk lagi, kipas ventilasi di dalam ruangan tidak berfungsi selama enam bulan, menyebabkan sirkulasi udara yang buruk dan berfungsi sebagai tempat berkembang biak yang sempurna untuk virus.