Pada musim panas, udara memuai dan terasa sangat panas, buah-buahan menjadi rusak. Otot tubuh yang selam musim dingin menggumpal kini mulai mekar. Hawa dingin terpendam dalam lorong-lorong. Karenanya kita rasakan mata air dan sumur terasa dingin.
Pada musim panas, lambung tidak bisa mencerna makanan keras (ghaliz) yang biasa dimakan pada musim dingin, karena pada musim dingin pencernaan dibantu oleh panas yang terpendam dalam tubuh. Apabila musim panas tiba, panas dalam tubuh keluar dan digantikan oleh hawa dingin.
Selanjutnya, apabila musim gugur tiba, keadaan mulai berubah. Udara mulai berubah menjadi dingin. Suasana panas sedikit demi sedikit mulai hilang, dan Allah telah menjadikannya sesuai dengan hikmah-Nya sebagai fase pemisah antara musim panas dan dingin, sehingga hewan-hewan tidak mati karena perubahan cuaca secara mendadak dari udara panas kepada udara dingin sekali, yang tentunya sangat menyakitkannya dan besar bahaya baginya.
Namun apabila berubah dengan sedikit demi sedikit dan teratur, maka perubahan kondisi tersebut tidak akan meyulitkan bagi hewan-hewan.
Pada fase perubahan itu anggota tubuh hewan bersiap-siap untuk menghadapi yang lebih dingin pada fase berikutnya, hingga sampai pada fase hawa yang terdingin, hewan-hewan telah bersiap menghadapinya. Sungguh ini merupakan hikmah yang luar biasa dan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang nyata.
Demikian pula musim semi, merupakan fase peralihan dari musim dingin kepada musim panas, hewan-hewan mulai bersiap dari musim dingin menuju musim panas dengan teratur. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam dan sebaik-baik pencipta. (joko/ tabloid bekam)
Sumber: Ibnu Qoyyim Berbicara Tentang Manusia dan Semesta