NASA juga menampilkan dua foto satelit kota Jakarta yang diambil dengan jarak waktu yang berbeda. Foto pertama diambil pada tahun 1990 dan kedua tahun 2019. Dalam foto dari NASA itu menampilkan wajah Jakarta selama satu dekade belakangan.
Dokumen foto itu menjadi bukti perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk telah memperburuk masalah kota Jakarta. Dengan populasi wilayah kota lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020, lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi.
Selain itu, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan air.
Pulau reklamasi Jakarta tak terhindar risiko banjir
Salah satu perubahan kota Jakarta yang menonjol dari foto yang ditampilkan NASA adalah adanya pulau reklamasi. Menurut salah satu analisis data Landsat, pemerintah kota telah membangun setidaknya 1185 hektar lahan buatan baru di sepanjang pantai.
“Sebagian besar lahan telah digunakan untuk pembangunan perumahan kelas atas dan lapangan golf. Penggunaan lahan seperti itu datang dengan risiko, karena berada di garis depan Jakarta yang tak terhindarkan melawan kenaikan permukaan laut dan gelombang badai,” kata Dhritiraj Sengupta, seorang ilmuwan penginderaan jauh di East China Normal University.
Sengupta menjelaskan pulau-pulau buatan seringkali menggunakan campuran pasir dan tanah yang mengendap dan menjadi padat seiring waktu. Bahayanya, bahan tersebut bisa cepat surut.
Satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian wilayah Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun. Di pulau-pulau buatan baru, angka itu melonjak hingga 80 milimeter per tahun.
Beberapa pulau baru dibangun sebagai bagian dari rencana induk Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), sebuah upaya untuk melindungi kota Jakarta dari banjir dan untuk mendorong pembangunan ekonomi.
Rencananya akan ada 17 pulau buatan baru di sekitar Teluk Jakarta. Pengerjaan proyek dimulai pada tahun 2015, dan selama pembangunan ada berbagai masalah lingkungan, ekonomi, dan teknis telah memperlambat konstruksi.[]