“Pilihan akhir adalah perang, dan kami siap untuk itu!” jawab Khalid singkat-singkat, jelas dan tegas. Sementara di kedua kubu pasukan yang masih bertanya-tanya tentang apa yang tengah terjadi di dalam perang tanding itu, panglima Gregorius meneruskan lagi dialognya,
“Bagaimanakah kedudukan seseorang yang menerima Islam pada pilihan pertama pada hari ini?”
“Kedudukan dan derajat bagi kami hanya satu di antara dua, yaitu apa yang ditetapkan oleh Allah. Mulia atau hina. Tak peduli ia menerima Islam lebih dulu atau belakangan!”
“Jadi, orang yang menerima Islam pada hari ini, ya Khalid, apakah sama kedudukannya dengan yang lain dalam segala hal?”
“Ya, Anda benar!”
“Mengapa bisa sama ya Khalid? Padahal anda sudah lebih dulu Islam dari padanya?”
“Kami memeluk Islam dan mengikat bai’at dengan Rasul Muhammad SAW. Ia hidup bersama kami, dan kami menyaksikan kebesaran dan mu’jizat-mu’jizatnya, hingga beliau wafat. Sedangkan orang yang menerima Islam pada hari ini, tidak pernah berjumpa dengan beliau dan tidak pernah menyaksikan semua itu. Jika orang itu menerima Islam dan menerima kerasulan Muhammad dan pembenarannya itu jujur serta ikhlas, maka sesungguhnya ia jauh lebih mulia dari pada kami!”
“Ya Khalid, keterangan anda sangat benar! Anda tidak menipu, tidak berlebih-lebihan dan tidak membujuk. Demi Allah, saya menerima Islam pada pilihan pertama!”
Pembicaraan itu disaksikan ratusan ribu pasukan Muslim dan Romawi. Pasukan Romawi terkejut dan panik, dan serunai perang pun ditiup guna mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam. Sementara Panglima Gregorius bersyahadat dan minta pengajaran Islam di dalam kemah kaum muslimin. Setelah itu ia minta disediakan air bersih untuk berwudhu. Untuk pertama kalinya ia melaksanakan sendi ajaran Islam yang kedua, shalat dua rakaat!
Pertempuran terus berkecamuk, berlangsung dua hari, medan laga bersimbah darah. Pasukan Romawi saat itu merasakan pedihnya kekalahan. Mereka kehilangan 50.000 prajuritnya. Prajurit yang selamat lari kocar-kacir ke Damaskus, Antokiah dan ada yang ikut Kaisar Heraclius ke Constatinopel.
Pedih juga menghampiri Khalid bin Walid di bukit berbatu. Gregorius yang setelah menyatakan keislamannya ikut membantu pasukan Muslim terbunuh oleh pedang Margiteus yang sebelumnya adalah pasukannya. Gregorius telah syahid. Panggilan fitrah telah membimbingnya kepada Islam. Kepada iman yang benar. Gregorius tak membutuhkan diskusi yang bertele-tele dan melelahkan untuk menerima Islam. Keberanian, kejujuran, sportifitasnya dan kehebatan strategi perang Khalid telah membawanya kepada pintu gerbang hidayah Islam.
Pertemanannya dengan Khalid bin Walid sangat singkat. Namun hal itu terjadi seperti ikan bertemu dengan airnya kembali.(kl/kps)