“Lantas mengapa anda dijuluki Pedang Allah?” tanya Gregorius lagi. Dan bagaikan tumbuh saling pengertian, keduanya kemudian menghentikan ayunan pedang. Keduanya tegak berhadapan di tengah laga, masih tetap bersiaga, dan meneruskan dialog.
“Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia mengutus seorang Nabi kepada kami. Semula kami menentangnya dan memusuhinya. Sebagian dari kami beriman dan mengikutinya. Saya termasuk pihak yang mendustainya dan memusuhinya, tetapi kemudian Allah menurunkan hidayah ke dalam hatiku. Sayapun beriman dan menjadi pengikutnya. Rasulullah SAW berkata kepadaku: ‘Ya Khalid, engkau adalah sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah yang terhunus untuk menghadapi kaum musyrikin!’ Ia mendoakan saya supaya tetap menang. Sebab itulah aku dijuluki ‘Pedang Allah’ …” Khalid menuturkan apa adanya.
“Saya menerima keterangan anda itu dan tidak lagi percaya dengan segala legenda tentang diri anda,” ujar Gregorius yang kemudian meneruskan pertanyaannya.
“Di dalam tugas dakwah anda, apa sajakah yang anda sampaikan?”
“Mengakui bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, dan mengakui bahwa Muhammad itu Rasul Allah, dan berikrar dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari Allah.”
“Jika seseorang tidak bersedia menerimanya?”
“Membayar jizyah, mengakui kepemimpinan Islam, dan setelah itu kami berkewajiban menjamin hak miliknya, jiwanya dan juga kepercayaan, keyakinan, agama yang dianutnya!”
“Jika ia tetap tidak mau menerimanya?”