Eramuslim.com – Batavia di penghujung abad ke-19. Pemerintah Kompeni Belanda yang berpusat di Weltevreden, sekarang sekitar wilayah Monas dan Lapangan Banteng, mendatangkan Schout Van Hinne, seorang perwira polisi khusus, untuk memberangus gerakan tujuh pendekar-ulama Jayakarta bernama Pituan Pitulung alias Pitung.
Sejak dibaiat di Pesantren Kiapang Kebon Pala, Tenabang, oleh Kiai Haji Naipin di tahun 1880, ketujuh pendekar-ulama Betawi itu malang-melintang menolong rakyat pribumi dari kekejaman Belanda dan tuan tanah Cina tanpa bisa dihalangi. Penjajah Belanda kewalahan.
Schout Van Hinne punya strategi. Selain mengerahkan pasukan marsose yang terdiri dari orang-orang pribumi pengkhianat yang dibayar untuk bekerja demi kepentingan penjajah, dan juga mengerahkan polisi reguler dan juga para tukang pukul Tuan Tanah Cina, yang biaya operasinya banyak yang berasal dari setoran para tuan tanah Cina di Batavia, Van Hinne juga menggunakan perang yang tidak konvensional yaitu memproduksi berita-berita penuh fitnah terhadap Pitung yang dimuat dua koran terkemuka Batavia yakni Hindia Ollanda dan Locomotif.
Sosok Pitung yang merupakan para pendekar-ulama yang sangat tawadhu, zuhud, namun memiliki ilmu yang tinggi dalam ilmu agama maupun dunia, termasuk ilmu maen pukul, dicitrakan sebagai perampok, pemerkosa, dan penjahat kriminal.