Para peneliti tersebut melakukan rekayasa terhadap tikus untuk melakukan percobaan. Tikus-tikus tersebut dibagi dalam 3 kelompok:
- Kelompok pertama tidak mempunyai reseptor cannabinoid di otaknya
- Kelompok kedua hanya mempunyai reseptor pada neuron (sel syaraf)
- Kelompok terakhir hanya mempunyai reseptor pada astroglia.
Tikus-tikus tersebut diajarkan untuk melewati sebuah labirin. Setelah dianggap menguasai labirin, tikus-tikus tersebut lalu diberikan sejumlah dosis THC atau senyawa lain yang mirip dengan cannabinoid untuk mengetes kemampuan mereka dalam mengingat labirin.
Kelompok tikus yang dengan reseptor cannabinoid pada astroglia (kelompok-1) ternyata bermasalah dalam mengingat arah. Kelompok lain yang hanya memiliki reseptor pada neuron (kelompok-2) tanpa masalah berhasil melewati labirin.
Hal tersebut menunjukkan bahwa THC tidak mempengaruhi memori melalui neuron (sel syaraf), namun melalui astroglia. Para peneliti juga memperhatikan sel-sel astroglialpada bagian potongan otak yang berasal dari hippocampus (bagian otak yang berkaitan dengan pembentukan memori).
Setelah terkena cannabinoid, astroglia melepaskan senyawa yang mengganggu pengiriman sinyal antar neuron. Hal tersebut bisa menjelaskan mengapa ganja bisa memengaruhi memori.
Efek lain dari ganja yang bisa dikatakan bermanfaat adalah dalam mengobati rasa sakit, kejang, dan beberapa penyakit lainnya terjadi melalui neuron.
Jika zat cannabinoid bisa didesain hanya untuk memengaruhi neuron, pengaruh buruk ganja pada memori tentu bisa dihindari dan tentu saja pengobatan menggunakan ganja dimasa depan untuk banyak penyakit akan bisa dilakukan.(ts/Bersambung)