Seqenenre Taa II adalah Raja Mesir Selatan yang memerintah sekitar 1558 SM hingga 1553 SM. Namun di masa pemerintahan Seqenenre Taa II, Hyksos yang menguasai Mesir Utara menjajah Mesir Selatan.
Menurut dokumen sejarah Mesir, Seqenenre Taa II memberontak terhadap penjajah setelah menerima keluhan dari raja Hyksos bahwa suara kuda nil di kolam suci Thebes mengganggu tidurnya. Padahal Raja Hykos tinggal di ibu kota Avaris yang jaraknya 400 mil (644 kilometer) dari kolam suci itu. Kemudian Raja Hyksos menuntut kolam suci dihancurkan.
Permintaan itu dianggap penghinaan besar bagi Seqenenre Taa II. Teks pada lempengan batu berukir yang ditemukan di Thebes menceritakan bahwa putra Seqenenre Taa II dan penerus langsungnya, Kamose, tewas dalam pertempuran melawan Hyksos.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada firaun, bahkan setelah muminya ditemukan pada tahun 1886. Para arkeolog melihat luka di tengkorak dan berspekulasi bahwa dia telah terbunuh dalam pertempuran atau mungkin dibunuh dalam kudeta istana.
Para arkeolog abad ke-19 yang menemukan mumi itu melaporkan bau busuk ketika mereka membukanya, membuat mereka curiga bahwa mumi itu dibalsem dengan tergesa-gesa di medan perang.
Studi baru menggunakan sinar-X dari berbagai sudut untuk membangun gambar 3D mumi firaun. Jenazah firaun berada dalam kondisi yang buruk, dengan tulang yang terkelupas dan kepala terlepas dari bagian tubuh lainnya.
Luka di tengkorak menceritakan kisah kematian yang brutal. Seqenenre Taa II memiliki luka sepanjang 7 sentimeter di dahinya, yang kemungkinan dari sabetan kapak atau pedang. Luka lain yang berpotensi fatal di atas mata kanan firaun memiliki panjang 3,2 cm dan kemungkinan luka akibat kapak.
“Meskipun para peneliti telah menemukan mumi firaun dengan luka kekerasan sebelumnya, tidak ada bukti kematian firaun di medan perang sampai sekarang,” kata Saleem kepada Live Science.
Catatan sejarah menceritakan Ramses II dan Thutmose III mengambil bagian dalam pertempuran, tetapi tidak ada bukti cedera pada mumi mereka. Mumi seorang bangsawan tak dikenal memiliki panah tertancap di dadanya yang mungkin terjadi dalam pertempuran.
Seqenenre Taa II mungkin telah kehilangan nyawanya dalam pertempuran, tetapi penerusnya akhirnya memenangkan perang. Setelah Kamose meninggal, permaisuri Seqenenre Taa II, Ahhotep I, kemungkinan besar melanjutkan pemberontakan melawan Hyskos. Ketika permaisuri Seqenenre Taa II dan putra Ahhotep I Ahmose I beranjak dewasa, dia mewarisi takhta dan akhirnya mengusir penjajah asing.
Ahmose I akan menyatukan Mesir dan meluncurkan Kerajaan Baru, periode kekuasaan puncak Mesir kuno antara abad 16 dan 11 SM.(sdo)