Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha mulai menonjol seperti ilmu hadits, fiqih, dan tafsir. Dalam ilmu hadis, Gus Baha mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Sahih Muslim, beliau juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.
Keistimewaan dan Teladan
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha diberi keistimewaan menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta.
Gus Baha duduk bersama para profesor, doktor dan ahli-ahli Al-Qur’an dari seluruh Indonesia seperti Prof Dr Quraisy Syihab, Prof Zaini Dahlan, Prof Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Teladan yang bisa ditiru dari Gus Baha adalah kesederhanaanya. Kesederhanaan yang dipraktikkan Gus Baha bukan berarti keluarga Gus Baha adalah keluarga yang miskin. Kalau dilihat dari silsilah lingkungan keluarganya, tiada satupun keluarganya yang miskin.
Ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.
Karya-karya
1. Salah satu Kitab yang ditulis Gus Baha adalah: حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم. Kitab ini menjelaskan tentang rasm Usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada Kitab Al-Muqni’ karya Abu ‘Amr Usman bin Sa’id ad-Dani (wafat 444 H). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan Al-Qur’an di dalam mushaf rasm Usmani.
2. Tafsir Al-Qur’an versi UII dan Al-Qur’an terjemahan versi UII Gus Baha (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis Gus Baha dan Timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Dan tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak merubahah dari ke aslian Al-Qur’an itu sendiri. (sdo)