Angka di atas tentu saja hasil dramatisasi ala Hollywood. Namun, orang-orang dilaporkan menontonnya kembali karena terpengaruh mewabahnya virus Corona jenis baru sejak akhir tahun 2019. Namanya 2019-nCoV.
Hingga tulisan ini dibuat (6 Februari 2020) 2019-nCoV telah menginfeksi 24.000 orang dan membunuh 490 di antaranya. Korban terbanyak berasal dari Cina—negeri asal virus—dan total sudah menyebar di 27 negara.
Sementara itu IndieWire melaporkan pada akhir Januari hingga awal Februari 2020 penyewaan film Contagion di iTunes melesak ke posisi 10 besar di berbagai negara. Film juga ditayangkan ulang di berbagai saluran televisi kabel.
Hollywood punya rekam jejak panjang dalam produksi film bertemakan wabah penyakit. Namun, saat yang lain mengandalkan elemen drama, Contagion bersetia pada akurasi ilmiah tentang bagaimana dunia yang serba terkoneksi merespon kemunculan virus berbahaya.
Pujian datang dari komunitas ilmuwan tak lama setelah film dirilis. Dan dengan alasan yang sama, publik menganggap film seakan “memprediksi” wabah 2019-nCoV.
Kemiripannya tidak hanya perihal Cina sebagai negara asal virus. Misalnya dugaan bahwa virus pertama kali berasal dari kelelawar. Tim peneliti 2019-nCoV menelusuri kemungkinan virus berasal dari pasar di Wuhan yang menjual makanan laut dan hewan liar (termasuk kelelawar).
Kemudian soal alur penyebaran. Awalnya tim peneliti virus MEV-1 dan 2019-nCoV menduga penyebaran terjadi melalui binatang. Saat pasien bertambah dari golongan yang tidak mengonsumsi atau kontak langsung dengan binatang, kesimpulan berubah menjadi penyebaran antar manusia.
Situasinya mirip dengan penyebaran dua wabah penyakit yang juga berasal dari virus Corona: SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrom).