Selain itu, juga diperkuat dengan prediksi pembentukan Dipole Mode negatif di Samudra Hindia yang berpotensi menimbulkan fase basah di barat Indonesia.
⠀
Dipole Mode ini ditandai dengan penghangatan suhu permukaan laut di Samudra Hindia dekat Sumatra, sedangkan sebaliknya di wilayah dekat Afrika mengalami pendinginan suhu permukaan laut.
Kondisi ini mengakibatkan pemusatan aktivitas awan dan hujan terjadi di Samudra Hindia barat Sumatra, sehingga berdampak pada pembentukan hujan yang berkepanjangan selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
⠀
Penghangatan suhu permukaan laut di Samudra Hindia barat Sumatra ini, juga merupakan bagian dari feedback response terhadap kondisi di Samudra Pasifik, yang saat ini mengalami La Nina namun semakin melemah dan cenderung menuju kondisi netral.
Meskipun demikian, Diple Mode negatif ini diprediksi hanya berlangsung secara singkat, yaitu pada Juli dan Agustus.
“Sehingga belum memenuhi kriteria Dipole Mode yang secara ilmiah harus terjadi minimal 3 bulan berturut-turut,” tambah Erma.
Di luar hal itu, eksistensi vorteks dan penghangatan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia diprediksi akan terus berlangsung hingga Oktober.
Gabungan vorteks dan anomali suhu permukaan laut lokal ini merupakan faktor pembangkit yang menyebabkan
anomali musim kemarau cenderung basah pada tahun ini.
“Terutama di wilayah Indonesia bagian selatan, Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, dan timur laut, Maluku, Sulawesi, dan Halmahera,” tandasnya.[sindonews]