Kekayaan ini hanya dua per tiga dari kekayaan wakilnya, Danilo Astori, dan sepertiga kekayaan presiden sebelumnya Tabare Vasquez.
“Saya mungkin terlihat sebagai manusia tua yang eksentrik. Namun ini adalah pilihan bebas. Saya telah hidup seperti ini di sebagian besar hidup saya. Saya bisa hidup dengan baik dengan apa yang sudah saya punya,” kata Mujica.
Saat menjadi gerilyawan, Mujica memang akrab dengan lingkungan yang keras. Tertembak 6 kali dan dipenjara selama 14 tahun. Sebagai tahanan politik, dia kemudian dibebaskan pada 1985. Tempaan hidup yang keras ini membentuk pandangan dan cara hidupnya.
“Saya dijuluki ‘presiden termiskin’, tapi saya tidak merasa miskin. Orang miskin itu adalah mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi gaya hidup yang mahal, dan selalu ingin lebih dan lebih. Ini hanyalah masalah kebebasan, jika Anda tak memiliki banyak keinginan, Anda tak perlu bekerja seumur hidup seperti budak untuk memenuhinya. Dan dengan begitu Anda memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri,” tutur Mujica.
Sekali lagi Mujica menegaskan bahwa gaya hidup seperti ini adalah pilihan hidupnya. “Ini adalah suatu pilihan bebas,” tutur pria kelahiran 20 Mei 1935 ini.
Menjadi presiden termiskin di dunia mungkin menjadi satu bentuk “penghargaan” tersendiri. Ya, dihargai karena memiliki kesan kesederhanaan, dekat dengan rakyat, dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Namun, “tren” ini sepertinya akan sulit dilakukan oleh kepala negara lainnya. Sebab, prestise dan “kehormatan diri” menjadi hal terpenting dalam pergaulan internasional.(kl/muslimobs)