Eramuslim.com – Tulisan ini secara khusus akan memotret dampak terhadap masa depan ekonomi dan geopolitik internasional. Sebagaimana dalam pandangan penulis bahwa pelemahan terhadap perekonomian nasional nasional, baik itu sebagian atau seluruhnya dipicu melalui penegakan pada apa yang disebut “pedoman WHO” yang berkaitan dengan lockdown (penguncian), pembatasan perdagangan dan transportasi, dan lain-lain.
Lembaga-lembaga keuangan yang kuat dan kelompok-kelompok lobi termasuk Wall Street, Big Pharma, World Economic Forum (WEF) dan Yayasan Bill dan Melinda Gates terlibat dalam membentuk “pedoman WHO” terkait pandemi COVID-19.
Lockdown (penguncian) bersama dengan pembatasan perdagangan dan perjalanan udara telah mengendalikan keseluruhan ‘isi cerita’ di atas panggung. Penutupan ekonomi nasional ini dilakukan di seluruh dunia mulai bulan Maret, yang secara simultan mempengaruhi sejumlah besar negara di semua wilayah utama dunia. Ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Dunia.
Operasi penutupan ini mempengaruhi jalur produksi dan pasokan barang dan jasa, kegiatan investasi, ekspor dan impor, perdagangan grosir dan eceran, pengeluaran konsumen, penutupan sekolah, perguruan tinggi dan universitas, lembaga penelitian, dan lain-lain.
Pada gilirannya semua ini menyebabkan pengangguran massal, kebangkrutan perusahaan kecil dan menengah, kehancuran daya beli masyarakat, meluasnya kemiskinan dan kelaparan di pelbagai negara.
Perlu juga penulis sampiakan di sini bahwa di seluruh dunia, ekonomi nasional hanya selamat dari rezim Bretton Woods selama mampu mempertahankan kontrol terhadap mata uang mereka. Elemen utama dalam perang ekonomi yang dilakukan oleh Kekaisaran AS sejak 1945 adalah menghapuskan nilai tukar tetap. Setelah mencurangi rezim moneter internasional pascaperang untuk menggantikan mata uangpound Inggris dengan dolar AS sebagai mata uang patokan, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) dikerahkan untuk menstabilkan dolar AS dengan keuntungan atas mata uang Eropa lama.