Menurut Ali Akbar, pihaknya belum bisa memastikan usia situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut. Contoh atau sampel kayu kapal kuno tersebut sudah dibawa ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Jakarta.
Perkiraan sementara, kapal kuno di Muarasabak tersebut berasal dari Abad III sampai XIV Masehi. Ukuran kapal tersebut diperkirakan mencapai lebar 5,5 meter dan panjang puluhan meter.
Situs Kapal Lebih Besar Dari Pinisi
Sementara itu, Chiara Nazarro, arkeolog maritime asal Italia yang turut dalam penelitian dan ekskavasi kapal kuno tersebut, mengatakan, situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut sebuah situs kapal besar, bukan jenis perahu. Hal tersebut nampak dari kayu dan ketebalan papan.
“Perkiraan saya, situs kapal kuno di Muarasabak ini lebih besar dari kapal pinisi nusantara. Teknologi pembuatan kapal kuno tersebut sama seperti pembuatan kapal pinisi nusantara. Karena itulah saya tertarik meneliti temuan situs kapal kuno di Muara Sabak ini,” ujarnya.
Menurut profesor arkeologi dari Universitas Naple L’Orientale, Italia ini, dia sudah menemukan situs kapal kuno di Mesir dan Afrika. Namun temuan situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut dinilai lebih besar.
Chiara Nazzaro lebih lanjut mengatakan, bentuk fisik kapal kuno yang terlihat saat ini diperkirakan baru bagian geladak kapal, haluan dan buritan. Bagian seluruh kapal belum terlihat.
Kemungkinan di lokasi tersebut ada dua perahu. Hal ini nampak dari temuan bagian ujung atau haluan kapal sekitar 24 meter sebelah timur dari lokasi temuan kapal kuno tersebut.
Tak Hanya Situs Kapal Zabag, Ada Situs Lainnya
Tidak jauh dari Situs Kapal Zabag, disana juga ada situs Siti Hawa. Di situs ini banyak ditemukan keramik tetapi periodenya lebih muda. Selain keramik juga ada bata-bata kuno yang tidak ditemukan di sekitar Kapal Zabag. Lalu ditemukan kayu bulian sebagai penanda kehidupan, sisa dayung, tungku dari tanah liat yang bisa dibawa-bawa.
Sabak nama kunonya adalah Zabag. Sudah dikenal pedagang Arab, Persia dan Cina sejak abad ke 7. Situs Kapal Zabag dikelilingi situs-situs lain saling terkait. Dan itu yang mungkin membuat bangsa-bangsa zaman dulu datang ke Sabak yang dahulu kala lalu lintasnya cukup padat.
Kapal Zabag yang ada di situs ini hilir mudik sampai ke Cina, Arab dan seterusnya. Temuan di Cirebon juga sama, disambung dengan pasak kayu dan diikat dengan ijuk tanpa logam dan mampu berlayar mondar-mandir dan membawa banyak muatan. Kapal ini mempunyai daya jelajah yang tinggi. Kapal yang digerakkan dengan layar, bukan dayung.
Tim juga sudah melakukan pemetaan di dasar sungai dan melalui udara. Dan ternyata di sekitar Situs Kapal Zabag ada alur sungai kuno. Kapal Zabag ini posisinya di darat, tetapi ada sungai melintas tidak jauh dari kapal. Ada mendernya dan tembus sampai ke laut dan ada sambungannya ke Sungai Batanghari.
Kondisi saat ini jarak dari Situs Kapal Zabag ke laut sekitar 20 km. Sungai kuno ini ukurannya cukup besar sehingga bisa dilalui oleh kapal yang besar. Jarak sekitar 100 meter di sini ditemukan kayu-kayu bulian yang dulu digunakan sebagai dermaga. Di situs Siti Hawa juga ada. Lalu di Kota Harapan ada juga kapal kuno jaraknya lima kilometer dari sini. (sumber: IndoCropCircles).